ー19

277 56 3
                                    

"jadi, kau ingin menceritakan tentang kekasihmu sekarang?"

"hideo!"

sang kakak tertawa, gemas dengan semburat merah yang muncul di pipi adiknya.

sora merengut, "kan sudah kubilang dia bukan kekasihku."

hideo mengangkat sebelah alisnya, bibirnya mengulas seringai. "tapi akan?"

tawanya kembali meledak saat sora memukulinya. ia menahan kedua tangan sora agar berhenti.

perempuan itu melotot. "hentikan tawamu itu! astaga, ini memalukan."

"tidak, ini tidaklah memalukan. justru aku senang kau sudah bisa membuka hatimu lagi untuk orang lain."

sora mendengus, "ya ya. tapi sayangnya aku membuka hati pada—"

"oh, jadi benar."

"hideo, diamlah!"

pria tampan itu terkekeh, maniknya mengerling geli. "adikku sudah besar ternyata."

"aku sudah dua puluh tujuh, tentu saja sudah besar."

hideo menggelengkan kepala. "bukan itu yang kumaksud. tapi maksudku adalah kau sudah besar dalam pengertian mengerti akan hal seperti ini."

sora terdiam menatapnya, dibalas oleh senyuman sang kakak. "sejak bibi kira tak ada, kau seperti orang linglung yang tidak tau harus apa."

tangan besarnya menggenggam tangan yang lebih kecil darinya itu. "aku bersyukur dengan kehadiranku dulu, kau bisa tersenyum kembali." katanya. "begitupun dengan sekarang. ada yang menggantikan tugasku selama aku tak ada."

biru bertemu dengan biru. kalau saja rambut sora berwarna hitam, sudah dipastikan akan banyak orang yang mengira mereka adalah sepasang saudara kembar.

"kurasa haitani ran bukanlah pilihan yang buruk." kedua mata sora melebar.

hideo tertawa melihatnya. "setidaknya dia bisa membuatmu tersenyum dan tertawa. itu sudah cukup bagiku." lanjutnya. "untuk kriteria, itu aku serahkan padamu. tapi kalau kau memang menyukainya, ya kenapa tidak?"

surai cokelat itu diusap lembut. "sekarang kau bebas, sora. tak ada aturan ataupun paksaan yang harus kau turuti lagi." hideo mengangkat bahu. "kecuali aturan di dalam bonten tentunya."

punggung tangannya diusap pelan. "kau berhak untuk bahagia. tak hanya dirimu, namun berlaku untuk semua manusia. karena kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga."

"jadi adikku, kau harus bahagia. itu pesanku padamu."

permata biru yang lebih muda berkaca-kaca. melihat itu, hideo hanya tertawa.

"kenapa kau berkata seperti kau ingin pergi?"

air mata diusapnya, hideo menggeleng masih dengan tawanya. "tidak, aku tidak akan pergi. aku hanya ingin kau tau bahwa yang kubutuhkan hanya satu, yaitu kebahagiaanmu. itu saja. aku tak butuh yang lain lagi."

"kau menyebalkan."

"seperti kekasihmu?"

"sudah kubilang dia bukan kekasihku!"

percakapan itu ditutup dengan tawa sang kakak yang menggema di dalam ruangan.

"baiklah baiklah. sekarang kerjakan tugasmu dulu. aku akan pergi sebentar dengan yuta."

sora mengucek matanya. "pergi kemana?"

senyum misterius ditunjukkan pada orang keempat bonten. "hanya ingin berbincang sebentar dengan seseorang."

"boleh kita mulai pembicaraannya?"

meja yang diisi oleh tiga orang pria di dalam sebuah ruangan, terasa seperti di persidangan.

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang