1. Kisah Mereka

3.2K 124 7
                                    

Harin berjalan santai memasuki gedung tepat di samping fakultasnya. Seperti sudah biasa keluar masuk sana. Banyak yang bilang tempat itu seperti sarang penyamun. Harin akui itu juga ia rasakan awal-awal.

"Mencari Namjoon?"

Harin mengangguk. Melihat ruangan besar yang mirip bengkel. Banyak bangkai-bangkai kendaraan disana. Seperti tempat pembuangan karena lantainya pun kotor terkena banyak oli. Tapi yang jelas ruangan ini 3 kali lebih luas dibanding kelasnya.

"Dia masih ada di ruang   dekan. Tunggu saja di depan ruangannya. Kurasa sebentar lagi selesai"

"Terimakasih, Jim"

Pemuda manis itu memamerkan senyum dengan pipi yang sedikit kotor karena oli. Tak apa, dia tetap menjadi favorit Harin sepanjang dua tahun ini.

Harin berjalan santai menyusuri lorong gedung fakultas teknik. Sudah tidak ada lagi yang menatapnya terang-terangan seperti dulu. Semua itu karena Namjoon. Mereka semua takut berurusan dengan ketua bem fakultas teknik itu. Badannya yang tinggi dan besar membuatnya seperti preman di film. Walaupun begitu pemuda itu memiliki lesung pipi yang luar biasa tampan.

"Sudah selesai?" Harin bangkit menghampiri Namjoon.

"Kau menunggu lama?"

Harin menggeleng. "Tadi aku mengobrol ringan dengan Jimin"

Namjoon mengerutkan dahinya tidak suka. Tapi tak berani menyuarakannya.

"Ayo makan" Namjoon mendekati Harin dan dengan kebiasaan nyamannya mengaitkan tangannya dengan Harin. Wajahnya tak banyak berubah. Kaku tapi cukup menenangkan. Lama-lama melihat Namjoon sama seperti menghirup lilin aroma terapi. Harin suka itu. Karena ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli lilin penenang.

"Hey tolong biasakan bertanya. Jangan dibiasakan memerintah. Aku bukan bawahan, Pak ketua"

"Makan ya?" Suara Namjoon lebih lembut sekarang. Bahkan kaitan tangan mereka mengendur. Sepertinya Namjoon sedang dalam mood yang tidak baik. Lihat tangan Harin sampai memerah seperti ini. Namun Harin tidak mau membahas tentang tangannya.

"Apa dekan mengatakan hal buruk padamu, Joon?"

Namjoon menggeleng.

"Apa dosenmu galak?"

Lagi-lagi Namjoon menggeleng.

"Apa ujianmu sulit?"

Hey Tolong kembali ingatkan gadis bodoh ini bahwa pria disampingnya ini adalah pemegang nilai UN terbaik dan hampir sempurna. Sebenarnya Namjoon bisa meraih nilai sempurna seperti biasanya. Tapi ia tidak ingin membuat Harin rendah diri karena membandingkan nilai ujiannya dengan Namjoon.

"Eyy kalau tidak mau cerita tak masalah. Tapi untuk mengembalikan mood Kim Namjoon, maka kita akan makan macaron di cafe seberang"

Namjoon menggeleng tidak percaya bisa dekat dengan seseorang yang sifatnya sangat jauh dengannya.

"Katakan saja kau menyukai pelayan disana"

"Maksudmu Min Yoongi?"

Namjoon tak menjawab. Ia mengalihkan wajahnya kearah jalan.

"Ey dia memang tampan dengan kulit pucatnya. Tapi aku tidak benar-benar menyukainya"

"Kau serius?"

"Pernah melihatku serius?"

"Tidak" Jawab Namjoon cepat. Membiarkan Harin tersenyum bodoh memamerkan senyum giginya.

"Kau suka dengan kulit pucat?"

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang