61

384 52 9
                                    

Harin memeriksa ponselnya yang terus saja bergetar. Padahal ramyeon didepannya ini sangat -sangat membuatnya kecanduan. Yoongi bisa saja membuka restoran makan dengan hanya bermodal menu ramyeon. Ia yakin Min Yoongi akan sukses karena keunggulan memasaknya.

"Apa Namjoon masih sering menghubungimu?", tanya Yoongi saat tanpa sengaja melihat display ponsel Harin. Terlihat sekali wanita itu tampak menghindar.

"Kau tahu kan yang membuatmu sengsara, menangis dan kabur beberapa kali itu siapa, Rin?", Yoongi kini menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya yang sipit seolah menatap tajam.

"Aku minta maaf, Yoon"

"Salah. Kau yang harus meminta maaf pada dirimu sendiri, Choi Harin. Kau terus melukai diri sendiri tanpa sadar"

Benar. Semua orang melihatnya sebagai gadis menyedihkan yang menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih. Bagaimanapun kejadian malam itu adalah sebuah kesalahan besar. Sampai Harin tidak bisa menahan malu pada Ara dan Yoonji.

...

"Bagaimana? Tidak diangkat?", mau tidak mau Paol juga ikut penasaran.

"Mungkin sudah tidur"

"Tidak bersama yang lain?"

"Paol!"

Bartender itu mengangkat kedua tangannya. Ia tidak mau dipukuli hanya karena seorang wanita yang ia sendiri tidak begitu kenal. Namjoon memang bukan tipikal pria penyuka kekerasan, tapi melihat pria itu super sensitif malam ini, Paol harus diam.

Namjoon yang masih fokus dengan ponsel tidak melihat seseorang menghampirinya.

"Itu Jimin. Kau memanggilnya?"

"Ya. Aku memiliki banyak urusan dengannya"

...
Harin tetap berdiri di tempatnya untuk memastikan Min Yoongi menaiki bus malam. Jujur saja bantuan Min Yoongi sangat memudahkannya. Ia tidak tahu kenapa banyak orang baik disekelilingnya. 

Apa keputusannya benar?

Tanpa sepengetahuan Yoongi, Harin berada disini, mini bar yang ia datangi akhir-akhir ini. Tentu saja ia tak bilang pada siapapun apalagi Hoseok, bisa-bisa pria itu mengamuk dan menjewernya.

Awalnya Harin memang penasaran seperti apa suasana di dalam. Tapi dulu Namjoon melarang keras keinginan Harin berada didalam sana

...

"Joon! Joon!" Harin berlari kearah Namjoon yang tengah memegang map biru di depan fakultas teknik. Sepertinya pria itu habis rapat seperti biasanya.

"Jangan berlari, nanti terjatuh, Rin", Namjoon mengerutkan dahi kala Harin yang mencoba berlari kearahnya. Wanita itu tidak perlu bersusah payah berlari kearahnya. Karena Namjoon sendiri yang harus mendatanginya.

"Jimin mengundangku ke pesta ulang tahunnya"

Pesta ulang tahun?

Jimin?

"Apa aku boleh datang?"

"Dimana?"

"Bar dekat san-"

Namjoon buru-buru menutup mulut Harin. Walau berusaha pun, Namjoon tetap tidak bisa menyembunyikan raut marahnya.

"Tidak, Rin. Kau tidak boleh masuk kesana. Disana berbahaya"

"Tapi kau bisa. Kenapa tidak denganku?"

"Disana banyak orang jahat, Rin. Kita rayakan ulang tahun Jimin setelahnya bagaimana? Adakan kejutan untuk membuat Jimin tersentuh?"

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang