22

332 38 2
                                    

Jimin baru menurunkan kakinya dari bus, Taehyung sudah menyeretnya ke belakang dengan cara yang tidak etis.

"Aku harus memberikan laporan kegiatan, Tae!"

Taehyung tidak menjawab, dia menunjuk Ara dengan ekor matanya. Meminta Jimin untuk tetap diam dan menunggu maksud Ara.

"Kenapa, Ra? Kau butuh sesuatu?"

Taehyung merotasikan matanya jenuh. Jimin selalu bersikap manis dengan semua wanita, tidak tahukan itu sisi brengsek yang amat brengsek?

"Aku mau menyampaikan sesuatu. Tapi kita butuh Namjoon disini"

"Tidak usah mencarinya. Dia pergi bersama Jihyun" Taehyung mengibas tangan tidak peduli.

Ara memberikan secarik kertas yang dilipat rapi. Jimin dengan hati-hati membuka lipatan demi lipatan dengan hati-hati. Lipatan kertas ini cukup rumit. Salah-salah kertasnya bisa robek. Ia tahu jenis lipatan ini. Jungkook pernah mengajarinya cara membuat lipatan rumit sehingga tidak banyak orang bisa membuka surat secara sembarangan.

"Maafkan aku pergi begitu saja. Hoseok hyung menghubungiku. Aku yakin kalian juga mendapatkan panggilan darinya. Jangan panik dan tarik napas dalam, hembuskan perlahan. Jangan gegabah dan berkendaralah dengan waras.

HARIN KECELAKAAN

kuharap kalian cepat kemari setelah pulang. Untuk perkembangan apapun aku tidak tahu. Jadi kemarilah. Sepertinya Hoseok hyung benar-benar kalut"

Taehyung mengumpat kasar. Membiarkan Jimin membaca surat itu sampai selesai.

"KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA SEDARI AWAL, RA?!"

Ara menutup mata karena Taehyung berteriak tepat di wajahnya. Jimin melerai dan menenangkan Taehyung. Ara hanya penyampai surat, tidak tau apapun. Kenapa jadi dia yang dimarahi.

"Sudah jangan begitu, Tae. Ara tidak tahu menau tentang ini. Terimakasih, Ra. Kau sangat membantu. Kami berhutang padamu. Sekali lagi terimakasih ya. Kami pergi"

Jimin pergi dengan mengeluarkan ponselnya. Mencoba bersabar menunggu benda pipih itu menyala sempurna. Mencari  kontak Hoseok sementara Taehyung sibuk mencari mobil yang sengaja ia titipkan di kampus.

"Bagaimana Namjoon hyung?" Tanya Taehyung.

"Tidak bisa dihubungi. Kita cari dijalan. Mingkin belum jauh"

Jimin terus berusaha menghubungi Namjoon meskipun tau jika hasilnya nihil. Dia berusaha setenang mungkin agar Taehyung juga ikut tenang, itu harapannya.

"Jangan ngebut, Tae. Cukup Harin yang terluka, jangan menambah beban"

Siallll!!!!!

.......
Namjoon membuka pintu apart dan mempersilahkan Jihyun untuk masuk. Katanya Jihyun butuh waktu untuk mengistirahatkan tubuh karena perjalanan panjang. Tempat tinggal Jihyun cukup jauh dari kampus.

"Kau mau minum, Hyun?", Namjoon berjalan ke area dapur, meninggalkan Jihyun yang mengelilingi ruang tengah. Apart Namjoon memang bisa dibilang seperti rumah kecil yang nyaman.

"Kau tinggal sendiri, Joon?"

"Tidak"

Jihyun mengangguk paham. Lagipula apart sebesar ini mungkin butuh penghuni lain agar tidak terasa sepi.

Namjoon mendudukan dirinya disamping Jihyun. Membiarkan Jihyun mendusel masuk kedalan rengkuhannya, sementara Namjoon berniat mengaktifkan ponsel untuk mencari keberadaan Harin.

Cup!

"Love you, Joon"

....

Taehyung seperti sedang ikut lomba marathon. Padahal mereka ada di lorong rumah sakit. Harusnya Taehyung bisa lebih tenang. Jimin mencoba menghentikan Taehyung namun terlambat, pria itu keburu membuka pintu kamar rawat dengan kasar. Astaga Kim Taehyung itu kecil di otak, besar di otot.

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang