9

424 40 0
                                    

Karena bahan makanan sudah habis, Harin mengajak Namjoon pergi ke swalayan terdekat. Biasanya memang sudah menjadi rutinitas setiap bulan.

"Pengeluarannya terlalu banyak. Tolong kurangi"

Harin berjalan sambil menghitung menggunakan kalkulator sedangkan Namjoon sibuk menuntun keranjang belanja dan Harin bersamaan. Kalau dilepas, Khawatir Harin akan menabrak sesuatu.

"Tidak perlu, Rin. Eomma memberikan uang belanjaan lebih untuk kita"

"Bibi melakukan itu?" Harin balik menatap Namjoon penasaran. Dia sampai berhenti melangkah dan fokus pada Namjoon.

"Eomma bilang ingin berkunjung lusa. Jadi dia ingin bahan makanan kita penuh saat datang"

Mendengarnya membuat Harin sedikit senang. Pasalnya dia sangat merindukan bibi Kim. Sudah lama sekali ia tidak pulang ke Ilsan dengan Namjoon. Mungkin itu saat tahun lalu. Karena liburan semester kemarin Namjoon sibuk organisasi dan Harin malas pulang tanpa Namjoon.

"Eomma akan datang bersama ibumu"

Deg.

Sialan. Kenapa harus dengan wanita itu.

"Oh"

Namjoon tahu jika hubungan Harin dengan ibunya tidak baik. Beberapa kali Namjoon melihat pertengkaran ibu anak itu semasa sekolah. Jika seperti itu, Harin akan menghindarinya beberapa hari. Entah karena alasan apa. Yang jelas Namjoon tahu Harin butuh waktu untuk menenangkan diri.

Namjoon mengusap telapak tangan Harin lembut. Memberikan senyuman terbaiknya. Mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja tanpa suara. Baginya Harin selalu bisa menjadi sosok kuat.

"Ingat aku selalu ada disini kan? Kita hadapi bersama ya"

Demi Tuhan Harin mencintai Namjoon dengan segala kelebihan dan kekurangan pemuda itu. Semua yang ia lalui bersama Namjoon tidak pernah berakhir buruk. Namjoon pandai menempatkan diri. Selalu ada tanpa di minta.

"Terimakasih, Joon. Sungguh"

........
Malamnya Hoseok pergi ke cafe Yoongi hanya karena dia bosan. Hubungan mereka semakin dekat dalam waktu dekat. Padahal Yoongi itu orang yang tidak banyak bicara bahkan melebihi Namjoon. Ketika Namjoon lebih sering menjadi pendengar maka Yoongi adalah pengamat.

"Kapan hyung selesai?" Hoseok maju ke meja kasir dan mengetuk-ngetuk meja kaca dengan seulas senyum.

"Kenapa?"

"Main denganku"

"Pesanlah sesuatu dan tunggu dengan tenang"

Hoseok berdecak dan mengeluarkan kartunya. Yoongi memang tidak mau rugi.

"Pesanan yang paling mahal"

Yoongi memberikan senyum tiga jarinya dan mulai menggesek kartu Hoseok. Mengembalikan kartu itu dengan segala kebahagiaan disana.

"Terimakasih atas pesanannya, Tuan"

Hoseok harus berpikir ulang untuk menjadikan Yoongi teman dekatnya. Sebenarnya ada yang ingin Hoseok tanyakan secara langsung dengan Yoongi. Karena pergi ke luar kota selama 3 hari. Itu membuatnya kehilangan banyak berita. Hoseok menikmati minuman dan juga sepotong kue di malam hari. Bukankah ini terlalu romantis untuk dilakukan sendirian. Menunggu Yoongi juga sebenarnya tidak begitu lama. Buktinya kuenya masih tersisa setengah saat kedatangan Min Yoongi.

"Bagaimana Gwangju?" Yoongi dengan pakai biasa bergabung di meja Hoseok.

"Nyaman seperti biasanya"

Sebenarnya Ilsan adalah kota tempat dia tinggal bersama Namjoon dan Harin. Sementara Gwangju adalah rumah nenek dan kakeknya.

"Kupikir ada sesuatu yang disana"

Hoseok mengetuk-ngetuk jarinya.

"Tidak. Selain keponakanku ikut kesini bersamaku. Tapi yang mau kutau adalah video ini. Ada apa sebenarnya?"

Video yang berisi Harin yang berlari di jalan turunan kampus. Jalan itu memang rentan di lewati karena terlalu curam. Hoseok menunjuk Namjoon yang malah melangkah ke samping dan membiarkan Harin malah Jungkook yang menangkapnya.

"Sepertinya Harin tidak tahu kalau dirinya sudah terkenal karena insiden tadi" Yoongi menegakkan punggung dan memijat bahunya yang sedikit nyeri.

"Bagaimana dengan Namjoon?" Hoseok masih saja tidak melepaskan tatapannya pada Yoongi. Entah apa maksud tatapannya itu.

"Bersama gebetan barunya mungkin. Aku tidak tahu. Aku tidak disana waktu itu"

Hoseok memiringkan kepalanya. Gebetan?
Siapa?

Namjoon memiliki gebetan?

Yoongi sungguh?

"Kau sedang bercanda hyung?"

Yoongi yang awalnya bersandari di belakang kursi mulai menegakkan punggung. Memiringkan kepalanya.

"Untuk apa?"
"Lalu sekarang dimana Harin" Hoseok memutar otaknya. Memikirkan dimana kemungkinan ia menemukan Harin.

"Tidak perlu dicari" Yoongi mememiringkan kepalanya beberapa kali. Meminta Hoseok melihat kearah pintu. Awalnya ia tidak mengerti isyarat yang diberikan Yoongi sampai seseorang menyapanya.

"Hai Seok. Bagaimana liburanmu?"

Itu Harin bersama Namjoon.

Harusnya Hoseok tidak mempercayai ucapan Yoongi. Mana mungkin Namjoon meninggalkan mataharinya. Itu mustahil

"Baik. Selalu menjadi hal yang dirindukan" Hoseok bangkit dan menyediakan tempat duduk untuk Harin. Membiarkan Namjoon tertinggal sementara dia terus membimbing Harin untuk duduk. 

"Habis berbelanja besar rupanya"

Tidak tahu kenapa, Hoseok menjadi tidak ramah pada Namjoon. Bahkan sama sekali tidak melihatnya dan berbicara sedikitpun pada Namjoon. Apa Namjoon membuat kesalahan yang tidak pemuda itu ingat.

Sementara Harin bergabung di meja Hoseok dan Yoongi, Namjoon melangkah menuju kasir. Dia ingin memesan kue untuk eomma dan mama Harin. Kata Harin kue disini manis. Padahal yang Namjoon tahu, tidak ada kue yang tidak manis.

"Hey rin. Mau bungkus beberapa macaron?" Tanya Namjoon sedikit berteriak. Harin sangat penyukai macaron dan mactha latte. Keduanya adalah makanan dan minuman yang sudah manis. Apa Harin pernah menderita sakit gigi karena terlalu banyak mengkonsumsi sesuatu yang manis?

Namjoon meragukan itu. Harin selalu terlihat sehat dan bersemangat. Mungkin gula itu menular ke semangat wanita itu. Menular juga padanya.


NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang