50

341 39 6
                                    

Harin berusaha untuk tidak mengeluarkan suara dan bergerak. Setelah makan, Namjoon menolak pulang, tidak tanpa Harin. Katanya untuk apa pulang disaat tidak ada lagi yang menunggunya. Namjoon sangat keras kepala saat sakit. Akhirnya mereka kini beristirahat di perpustakaan fakultas Harin. Sebenarnya hanya Namjoon yang beristirahat sedangkan Harin, wanita itu terus mengecek kondisi Namjoon. Memastikan demam Namjoon menurun.

Hal seperti ini pernah terjadi sekali saat mereka sekolah dulu.

...
Hoseok mendatangi Harin yang tengah berada di kelas seni. Pria itu mengendap-endap agar sang guru tidak menyadari keberadaan Hoseok. Setelah memastikan situasi aman barulah ia berani membisikkan sesuatu pada Harin.

"Rin, Namjoon hari ini sakit"

"Bukankah hari ini ada lomba debat?"

"Memang. Tapi kondisi Namjoon memburuk"

Harin melihat kearah jam dinding. Sekolah mereka menjadi tuan rumah dalam perlombaan olimpiade walikota dan sebentar lagi perlombaan yang diikuti Namjoon akan dimulai. Bisa gawat jika Namjoon memaksakan diri.

"Suruh dia istirahat, Seok"

"Sudah tapi tidak mau. Cepat temui Namjoon dan minta dia untuk meminum obatnya sebelum ia benar-benar tumbang di panggung"

Hoseok sebenarnya sudah frustasi dengan kekeras kepalaan Namjoon. Sebenarnya Hoseok sudah memperingati Namjoon sejak di champ untuk istirahat dan tidak memforsir berlebihan. Hoseok juga ikut perlombaan ini. Makanya dia bisa tahu persis apa yang Namjoon lakukan selama dipenginapan seminggu yang lalu.

"Tapi lihat aku masih kelas, Seok. Lukisanku belum jadi", tunjuk Harin kearah kanvas yang masih berbentuk sketsa tipis

"Biar aku yang selesaikan. Kau pergi sana"

Harin memincingkan mata kearah Hoseok. Jelas pria itu tidak mengerti seni dan seingat Harin, Hoseok bahkan tidak mengerti bila mencampurkan dua warna akan menghasilkan warna baru.

"Jangan merusak karyaku, Seok. Nilai ini untuk rapor"

Harin memeriksa gurunya yang masih sibuk memperhatikan ponsel. Setelah merasa situasi aman, Harin berjalan pelan kearah pintu dan menghilang darisana. Ia harus mempercayai Hoseok untuk nilai seninya, sungguh itu mengkhawatirkan.

Harin berjalan kearah ruang tunggu peserta olimpiade. Mencari Namjoon tidak sesulit yanh dibayangkan. Karena pria itu pasti mengurung dirinya di ruang sambil membaca materinya berulang kali hingga pria itu hafal letak katanya.

"Namjoon kata Hoseok kau sakit", benar saja Harin menemukan Namjoon dengan selembaran kertas dipegangnya.

"Hanya tidak enak, Rin"

"Apa-apaan suara seram itu. Minum obatmu Joon"

"Tidak bisa, Rin. Obatnya memiliki efek tidur yang tinggi. Itu akan menganggu performaku nanti"

Harin tidak mau dengar. Dia mengambil ransel Namjoon untuk mencari obat lalu pergi ke pojok untuk mengisi gelas dengan air.

"Ayo minum obatnya, Joon"

"Nanti saja Rin setelah perlombaan"

Namjoon melebarkan matanya saat Harin memasukkan pil kecil yang mamanya berikan kedalam mulutnya. Namjoon bahkan tidak bisa melepehkan obat itu karena jarak wajah Harin yang benar-benar dekat dengannya. Namjoon bisa melihat sorot mata Harin yang mengatakan jika ia bisa saja melahap Namjoon jika masalah obat ini belum selesai.

Merasakan deru napas Harin sedekat ini membuat Namjoon tanpa sadar nahan napas karena gugup. Apa Harin memang bisa secantik ini jika dilihat dari dekat?
Namjoon tidak bisa menahan diri

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang