16

370 41 2
                                    

Butuh waktu sekitar 10 jam untuk sampai desa ini karena jalanan yang licin. Jika di Seoul baru memasuki musim dingin, Desa tempat Namjoon ditugaskan sudah turun banyak salju. Mungkin karena dekat gunung, jadi suhu disini terbilang dingin sekali.

"Setelah ini pergilah ke kamar kalian masing-masing. Kuberi waktu 5 jam untuk membersihkan diri. Setelahnya akan ada rapat di aula. Kuharap kalian tidak terlambat. Pergi sesuai kelompok yang sudah ditentukan. Ingat ini pengabdian, bukan liburan"

Taehyung merangkul Namjoon yang baru selesai melakukan briefing. Mereka sibuk mengambil barang bawaan dan masuk ke dalam penginapan.

"Jangan lari dari tugas, Tae"

Taehyung berdecak sebal. Memang apa yang dia lakukan. Tanpa menjawab, Taehyung berjalan ke sisi bus dan membantu membawa barang masuk ke dalam penginapan. Kerjaannya hanya berkaitan dengan barang, tapi Namjoon selalu menekankan seberapa penting pekerjaan itu.

Jimin mendatangi Namjoon dengan membawa beberapa berkas untuk diserahkan kepada kepala desa. Selepas sampai memang harusnya mereka pergi ke balai desa untuk pelaporan.

"Kau sudah hubungi kepala desa, Jim?"

"Sepertinya disini sulit sinyal. Yang lain mengeluh karena itu. Jadi komunikasi kita hanya bisa melalui HT untuk panitia dan komunikasi langsung untuk pihak luar"

Namjoon mengangguk. Jarak dari penginapan ke balai desa tidak terlalu jauh. 15 menit berjalan kaki. Akan merepotkan karena saat ini desa tertutupi banyak salju.

"Jim"

"Hmmmmm"

Sebenarnya Namjoon sudah memikirkan ini sepanjang perjalanan. Mencari solusi tapi ia tidak tau sebenarnya permasalahan yabg ia dan Harin hadapi sampai Harin ingin tinggal sendiri. Tapi karena terlalu terlalut dalam pikirannya, Namjoon sampai lupa jika Jimin menunggunya bicara.

"Jangan mengkhawatirkan Harin, hyung. Ada Hoseok hyung dan Yoongi hyung. Tenang saja. Kau masih bisa menghubungi Harin menggunakan telepon umum di Balai desa"

Namjoon merasa lega jika ia masih bisa berkomunikasi dengan Harin. Banyak yang bilang jika Harin yang membutuhkan Namjoon.

.
Masa sekolah adalah hari-hari jenuh yang sering terulang. Kalau Namjoon boleh memilih, ia ingin homeschooling. Tapi tentu saja orang tuanya akan memukulinya habis-habisan.

"Bagaimana bisa anakku bisa jadi seperti ini", setiap pengambilan raport, mamanya selalu menangisi Namjoon yang ternyata menjadi murid pendiam dan jarang berinteraksi. Padahal ibu orang lain akan melonjak senang saat Namjoon menyodorkan nilai sempurna.

"Namjoon hanya penyendiri, Nyonya Kim. Selebihnya normal. Anda tidak perlu takut"

Namjoon hanya bisa menghela napas dan membiarkan mamanya terus mendrama di kelas. Lagi pula ini baru tahun awal. Namjoon masih punya banyak waktu untuk dapat mengobrol dengan teman misalnya. Setelah mamanya pulang, Namjoon memilih untuk tetap di sekolah dan menikmati sebentar festival sekolah. Tidak buruk karena mamanya langsung menyetujui itu dan memberikan Namjoon banyak uang untuk mentraktir teman.

Teman?

Selama ini Namjoon tidak tahu jika Teman itu penting. Baginya tujuan hidup Namjoon sudah tercetak jelas dan ia hanya perlu mengikuti alur. Membuat kedua orang tuanya bangga dengan pencapaian nilai dan masuk ke sekolah favorit. Ayahnya sangat puas, namun mamanya keberatan karena takut anaknya terlalu keras belajar.

"Bukankah cemilan itu incaranmu? Beli saja"

Itu bukan Namjoon, tapi dua siswi didekatnya.

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang