64

348 48 12
                                    

Namjoon hampir saja melempar ponsel saking kesalnya. Tapi itu malah akan lebih memperburuk semuanya. Walau tidak berlarian, Namjoon merasa napasnya seperti tersedot. Mencari udara terasa sulit, entah apa itu efek ia berada di keramaian. Semua orang yang melihat pun akan sadar jika ada sesuatu yang salah dengan pria itu.

Harin.

Ia yakin wanita itu ada disini. Tapi dimana. Disini terlalu ramai sampai membuat Namjoon pusing.

Bukankah niat awalnya adalah mendatangi Ara untuk menanyakan Harin? Lalu dimanakah Ara, Namjoon tidak lagi melihat atensi Ara di tempat awal.

"Permisi, tadi aku melihat temanku disini"

"Oh ya? Kalau boleh tau siapa namanya"

"Harin- tidakk, maksudku Ara. Teman yang kumaksud namanya Ara. Kau tau dimana?"

"A-aah Ara pergi mengambil bahan makanan di dekat fakultas Teknik"

Namjoon menepuk bahu orang itu sambil berlalu pergi. Ia tidak punya banyak waktu. Keberadaan Ara menjadi lebih penting dari semua panngilan Jihyun. Sekali saja, hanya kali ini Namjoon menghilangkan wibawanya selama di kampus dan terlihat kacau seperti ini.

Malam ini tidak ada lagi Namjoon yang berkepala dingin dan tenang.

Ketemu. Ara ada di sebrangnya. Tapi dia tidak sendiri.

"Tae?"

"Hyung?"

"Namjoon? Ada apa?" Tanya Ara ditengah kebingungan Namjoon dan Taehyung.

"Oh! Ada yang mau aku bicarakan. Bisa bicara sebentar, Ra?"

Taehyung melangkah mundur. Seakan mempersilahkan mereka untuk berbicara secara privat. Sambil menunggu, Taehyung mengeluarkan lilitan nikotin yang sudah menjadi kesehariannya lalu membakar ujungnya.

Menghisap benda itu membuat tenggorokannya terasa lega. Entah kenapa Taehyung tidak bisa benar-benar menjauhi pintingan itu.

"Harin, Ra. Harin. Kau tau dimana Harin, Ra?" Namjoon langsung menyerbu Ara pertanyaan saat mereka sudah sedikit menyingkir dari Taehyung. Bahkan Namjoon sedikit mengguncang bahu Ara saking paniknya.

"Harin, Raaaa. Tolong beritahu aku, kumohon"

Ara memang tidak sedekat itu dengan Namjoon. Alasannya karena wibawa Namjoon yang membuat Ara enggan mendekati Namjoon. Namjoon terlalu serius dan menakutkan.

Dulu memang ia sering mendengar kabar jika ada wanita dari fakultas lain yang sering berkunjung untuk menemui Namjoon. Sempat Ara penasaran dan ingin mengetahui siapa wanita itu dan apa hubungan mereka sampai Ara dikejutkan oleh malam itu.

Saat Jihyun mencium Namjoon di tengah-tengah kegiatan pengabdian.

Sejak itu, Ara berpikir jika wanita itu hanya kerabat dekat Namjoon. Karena sudah pasti Namjoon dan Jihyun menjalin hubungan sejak malam itu.

"Kenapa kau mencari Harin, Joon? Bukankah festival ini adalah acara penting sepasang kekasih?"

Ara melepas kedua tangan Namjoon yang masih menempel di pundaknya.

"Kumohon, Ra. Kumohon"

Sebenarnya ia tidak tega melihat Namjoon yang seputus asa ini. Tapi hal yang sudah dilalui Harin mungkin lebih dari ini.
"Aku tidak tau, Joon. Tapi yang ku yakin, Harin ada disini"

...
Jungkook rasanya tidak tega melihat Harin menangis lebih lama dari ini. Tapi ia juga tidak bisa berlaku sembarangan, apalagi jika Harin tidak nyaman.

"Noona boleh menangis. Tapi jangan lupa di seka, nanti malah membekas", Jungkook menyodorkan sapu tangan miliknya.

"Ma-maaf menganggu waktumu, Kook hiks. Ka-kau bisa pergi menikmati festival ini hiks"

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang