44

311 40 4
                                    

Namjoon pulang larut malam. Seharian ini Jihyun menjadi sosok yang menyebalkan. Sudah dibawa seharian, Jihyun memaksa untuk tinggal dan menemani Namjoon lebih lama. Namun Namjoon menolak. Pria itu sungguh butuh waktu sendiri. Apartemen ini Namjoon beli karena Harin menyukai balkonnya. Harin bilang ruang tengahnya nyaman dan sofanya empuk. Dengan banyak menerima saran Harin, Namjoon langsung membelinya tanpa tanya harga.

.
"Apa bibi benar memintamu membeli tempat tinggal, Joon?"

Harin membaca 5 brosur yang berhasil mereka kumpulkan seharian ini. Seharian mengelilingi Seoul ternyata cukup melelahkan.

"Nanti bisa dibaca lagi, Rin. Sekarang kita harus mengisi perut. Kau laparkan?"

Sebelum kembali ke penginapan, Namjoon membeli makan malam untuk makan di penginapan. Sekarang ia tengah mengeluarkan beberapa makanan dan menyiapkan tisu seandainya noda-noda makanan itu mengotori meja.

"Ini keputusanku, Rin. Mama hanya akan menambahi biayanya. Bukankah kita butuh tempat tinggal?"

"Kita bisa menyewa tanpa harus membeli"

Namjoon tahu jika mereka menyewa tempat tinggal, bisa-bisa Harin bersikeras untuk ikut membayar uang iuran tempat tinggal. Namjoon tidak tega membiarkan Harin lebih keras dari ini. Wanita itu sudah belajar terlalu keras untuk masuk ke kampus besar ini. Bahkan sampai hari dimana ujian selesai, Harin harus dilarikan ke rumah sakit karena dehidrasi berat.

"Aku akan benar-benar penumpang seperti parasit"

Tidak,
Harin tidak pernah menjadi hal merepotkan atau menyebalkan dalam hidup Namjoon. Kehadiran wanita itu mampu membuat Namjoon berpikiran bahwa hidup itu akan lebih nyaman jika dinikmati tanpa harus mengejar.

"Dengar, Rin. Tidak pernah ada yang menjadikanmu sebuah beban. Apalagi aku."

Ada Namjoon. Tapi pria itu tidak pernah tau. Namjoon tidak pernah tau kesedihan dan luka lama Harin. Tapi memang itu sebuah keharusan yang harus ditutup rapat.

Harin menunjuk halaman koran pagi yang sudah Namjoon baca dua hari lalu di penginapan,

"Aku suka balkon yang luas dan ruang tengah yang nyaman seperti gambar ini. Bisa kita lihat yang seperti ini besok, Joon?"

Apapun, Rin.
Karena Namjoon dan rencana masa depannya akan selalu menyambut hangat Harin.

.

Aroma buah Harin masih ada disini. Selimut yang sering mereka gunakan, masih terasa hangat walau samar. Namjoon tidak sanggup jika seperti ini aja sudah buat gila.
Mungkin untuk beberapa malam, Namjoon akan tidur disini. Demi kewarasannya.

...
Jimin hanya diam sambil menyenderkan tubuhnya di tembok hotel. Melihat bagaimana Seokjin yang sibuk mengotak-ngatik dapur. Sebenarnya Jimin ingin memesan kamar biasa, tapi Seokjin malah maju dan menyodorkan kartu hitam,

"Aku pesan yang paling mahal satu"

Begitulah Jimin rasa Seokjin begitu mengejutkan hari ini. Memang interaksi Seokjin dan Harin seadanya, tapi Jimin bisa merasakan kepedulian Seokjin yang cukup besar.

Selama seokjin memasak, Jimin hanya duduk di sofa dengan Harin yang masih menunduk. Entah Jimin sebenarnya ingin mengetahui kenapa Harin bisa menangis sambil membawa koper dan tas besar seperti ini. Tapi bertanya disaat sedihpun tidak akan membuahkan hasil. Hanya akan memperburuk suasana.

"...min-"

"Iya, Rin. Kau sudah bisa berbicara???"

Jimin terkejut saat Harin memanggilnya.

Harin menggerakkan jempol dan jari telunjuk.

'Sedikit'

"Ya Tuhan itu benar-benar sebuah kemajuan, Rin. Astaga aku benar-benar berbahagia untuk itu"

Jimin mendekap Harin sambil diiringi tawa.

"Apa? Apa yang aku lewatkan?"

Seokjin muncul dengan tangan yang masih memegang pisau. Terlihat menyeramkan, namun satu sisi juga lucu.

"Suara Harin sudah kembali, hyung"

"Be-benarkah???"

Harin menggeleng. Tidak sampai sejauh itu. Tapi Seokjin buru-buru meletakkan pisaunya

"Boleh aku bergabung dengan kalian?"

Seokjin ikut dalam sesi pelukan mereka, membuat Harin kebingungan dengan situasi ini. Jimin memang dekat dengannya seperti Harin dekat dengan Hoseok, tapi Seokjin, kenapa pria itu bertindak sejauh ini?

...

Hari ini Namjoon memutuskan untuk pergi ke fakultas Harin. Memeriksa apakah Harin baik-baik saja atau sekedar menanyakan apakah ia boleh mampir ke tempat tinggal baru Harin untuk sekedar berkunjung.

"Namjoon, Apa yang kau lakukan disini?", Yoongi datang dengan ransel yang sengaja iya sangkilkan di pundak kanan saja.

"Menunggu Harin, hyung"

"Bukankah Harin pergi untuk pengecekan ke rumah sakit?"

Melihat bagaimana Namjoon terdiam, itu membuat Yoongi bertanya-tanya. Ada apa dengan mereka berdua. Tapi Yoongi memilih acuh dan kembali melangkah masuk untuk menyerahkan rekamannya.

"Harin pergi bersama Seokjin hyung"

"Seokjin hyung???"

Sejak kapan Seokjin dekat dengan Harin?

Apa Namjoon melewatkan sesuatu?

Sambil berpikir, Namjoon berjalan demgan mencari kontak Seokjin di ponselnya. Ia harus memastikan keadaan Harin, Namjoon ingin sekali menyusul, namun 20 menit lagi kelasnya akan segera dimulai. Waktunya tidak akan cukup.

Namjoon sudah melewatkan kelas ini sebanyak 2 kali, tentu ia harus mempertahankan penilaian kehadirannya agar bisa tetap ikut ujian akhir semester.

Namjoon harus bersabar

...
Paginya Seokjin langsung bangun dan membuka semua tirai hotel dimana mereka bertiga menginap. Karena sudah lama tidak tidur di sofa, tubuh Seokjin terasa kakuk terutama di bagian belakang.

"Hey Jim, bangun dan bersiaplah untuk kelas pagi ini"

Benar, Jimin masih ada tanggungan, ia tidak bisa bangun siang seperti kemarin.

"Nanti saja hyung" jawab Jimin dengan suara khas bangun tidur.

Setelah memastikan Jimin, Seokjin bergerak kearah kamar. Mereka sengaja membiarkan Harin menggunakan kasur besar itu sendirian. Karena biar bagaimanapun Harin harus tetap pada kondisi nyaman dan aman. Disini Seokjin tidak langsung membuka tirai seperti tadi. Pria itu lebih memilih menepuk ringan pundak Harin dan membangunkannya dengan suara yang pelan.

"Rin, Bangunlah. Hari ini kita akan check up jadi pastikan perut mu harus terisi sebelumnya"

Harin yang masih memejamkan mata itu mengangguk kecil. Seokjin membiarkan Harin untuk menyesuaikan diri karena baru dibangunkan.

Pagi ini Seokjin mengajukan cuti dua hari  pada kantor dan pergi menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga dari bahan makanan kemarin.

Sebenarnya Seokjin bisa saja memesan layanan hotel untuk makanan.






Tapi ia urung.

NAMJOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang