TDL - CHAPTER 4

39 10 0
                                    

-
-
-
-
-
-***-

Sepulang sekolah, selayaknya sahabat sejati yang yang selalu ada. Sambutan hangat dari sang keheningan dan kesendirian selalu menyertai setiap langkahnya memasuki rumah yang selama beberapa hari terakhir ia tempati.

Rumah mendiang ibunya, rumah yang dibangun dengan desain khusus untuk Enzy, Enzy sempat bermimpi akan hidup bahagia dan tumbuh dewasa dirumah yang ibunya beri untuknya, tapi nyatanya itu hanyalah angan-angan yang tak akan pernah terwujud, ibunya telah pergi, dan dia telah memutuskan sepihak hubungannya dengan Leyron, Ayahnya.

Hembusan nafas berat terdengar saat ia menyadari sebuah kenyataan, bahwa dia tidak memiliki seseorang yang menyambut kepulangannya. Menyedihkan sekali.

'Drrt, drrrt, drrrt'

Ponsel di saku seragamnya bergetar, mengembalikan kesadarannya ke dunia yang kejam ini.

"Hallo sayang?" sapa seseorang di seberang

"iya?" jawabnya singkat.

Tidak ada perlakuan khusus untuk Omanya. Enzy mungkin sudah hampir 4 tahun tinggal di Jerman bersama Omanya, tapi selalu ada sekat yang tak terlihat diantara cucu dan nenek tersebut.

Omanya selalu menyayangi Enzy, mendidik gadis itu sebaik yang ia bisa, tapi sayangnya Enzy selalu memperlakukan Omanya seperti orang-orang diluaran sana, Enzy bahkan tidak pernah tersenyum kepada Omanya.

Tetapi Omanya selalu memaklumi, ia selalu meyakini akan ada masa dimana cucunya itu akan merubah sifatnya, ntah kapan, dimana dan oleh siapa, Omanya hanya meyakini bahwa saat-saat itu tidak lama lagi

"sudah pulang sekolah?"

"udah"

"gimana hari pertamamu?"

"aku lelah, aku akan istirahat" ujarnya tanpa menjawab pertanyaan omanya.

Omanya terdiam sejenak, sudah biasa. Enzy selalu menghindari pembicaraan berlebih dengan omanya "oma harap kamu bisa bergaul di sana sayang, kau bisa kembali jika merasa tidak nyaman di sana"

Omanya adalah satu-satunya kerabat yang masih menyayangi Enzy dan masih mengharapkan Enzy tumbuh menjadi pribadi yang baik dan sukses di kemudian hari.

Sebenarnya Enzy tidak berniat menyakiti omanya dengan bersikap layaknya orang lain. Tapi Enzy tidak berdaya, sikapnya saat ini adalah pilihannya, pilihan untuk menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya, pilihanya agar menjadi sosok yang kuat.

"Iya" jawab Enzy

"yasudah, istirahatlah, jaga diri baik-baik, jangan telat makan ya Sayang, Bye"

Sambungan telepone terputus setelahnya. Keadaan kembali hening membuat Enzy teringat betapa bahagia kehidupannya dulu.

"sialan" geramnya.

-***-

Pukul delapan malam, Enzy keluar dari kamar dengan memakai setelan jaket kulit berwarna hitam yang menutupi kaos putihnya, celana jeans, serta sepatu Kets hitam membungkus cantik kakinya.

Enzy memasuki garansi rumah, menampilkan sederet kendaraan miliknya, ada 4 mobil di sana, dari Marcedes, Jeep, BMW, mobil sport Lamborghini Aventador S Roadster LP740-4 dan jangan lupa sepeda sport kesayangannya.

Dijerman Enzy hanya memiliki 1 mobil Lamborgini yang menjadi hadiah ulang tahunnya dari sang Oma, dan sepeda yang sering ia pakai kemana-mana, tapi ntah bagaimana saat dirinya pulang ke Indonesia sudah ada sederet mobil dan Lamborgini serta Sepeda miliknya.

The Darkness LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang