TDL - CHAPTER 21

24 6 0
                                    

18+/!!!

-***-

Untuk pertama kalinya putra-putri dari Ansyla berkumpul, tidak ada yang terkecuali. Mereka baru saja kembali dari makam sang ibunda, berziarah mendoakan beliau.

Ada rasa bersalah saat melihat nisan sang bunda, tujuh tahun kematian Ansyla, Enzy sama-sekali belum pernah mengunjunginya.

Enzy harap bundanya mau mengerti keadaan putrinya sehingga tidak bisa mengunjunginya, ia harap bundanya tidak kecewa dengan keputusannya.

"duduklah, aku ambilkan minum sebentar" ujar Enzy, mempersilahkan.

Bima, Meylani, serta Adit mengangguk. Bima menatap Adit bingung, tidak pernah bertemu sebelumnya, bahkan Bima tidak ada waktu untuk berkenalan semenjak bertemu pagi tadi saat akan pergi ke pemakaman.

"kamu siapanya Enzy?" tanya Bima akhirnya

Adit mendongak, mengangkat sebelah alisnya "Putra bunda Ansyila"

Bima terkesiap "kakaknya Enzy?"

"saya seperti kalian" jawabnya lagi

"they are not business partners, pakailah bahasa yang lebih bersahabat" Enzy datang dengan nampan di tangannya.

Memberikan gelas yang ia bawa kepada mereka satu persatu. Adit terkekeh membalas himbauan Enzy.

"hanya itu yang tersisa, aku harap kalian tidak keberatan"

"gue mah asal bisa diminum aja" ucap Meylani.

"kamu tinggal disini sendirian?" tanya Bima, Enzy mengangguk membenarkan.

"Oh iya, Raport kamu" Bima melesat pergi, mengambil raport yang tidak Enzy ambil kemarin di mobilnya.

Lalu kembali beberapa saat kemudian, memberikan raport berwarna Hijau tua kepada Enzy. Enzy menerimanya, tidak berniat membukanya, menaruh raport tersebut di shofa sampingnya.

"pacar lo mana En?" tanya Adit

Enzy mengedikkan bahu "sibuk dia"

"padahal aku pengen ngobrol sama dia ... "

Belum selesai Adit berucap, terdengar suara deru mobil memasuki pekarangan rumah Enzy, tidak lama setelahnya, Yaksa datang dari arah pintu utama.

"Wauw" kagetnya saat mendapati Bima dan Meylani berada dirumah Enzy, serta satu orang yang tidak ia kenali. Tengah menatapnya penuh telisik.

"inikah yang namanya Yaksa?" Adit berdiri, ia mengucapkannya sambil tersenyum.

Adit belum pernah bertemu Yaksa sebelumnya, ia hanya asal menebak.

Merasa namanya disebut, Yaksa menoleh keseorang laki-laki yang sedang berdiri menatapnya remeh. Yaksa tersenyum lalu mendekatinya, tatapan mereka beradu, alisnya terangkat.

"Om" panggil Yaksa

Adit terkekeh pelan, lalu sedetik kemudian ia mengayunkan tinjunya ke arah Yaksa. Yang tentu saja dengan mudah di tangkisnya.

Tingkatan beladiri Yaksa tidak bisa dianggap remeh, ia telah menggauli seni beladiri sejak SD dan sampai sekarang masih ia asah.

"tidak buruk buat ketua dari kelompok setingkat RajaTimur" puji Adit lalu menarik kepalan tangannya.

The Darkness LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang