TDL - CHAPTER 20

27 7 0
                                    

-

-

-

-

-***-

Percakapannya bersama Meylani terus berlanjut sampai tidak sengaja netranya melihat dari arah pintu masuk kantin Sekolah, Wulan berdiri menatapnya bersama Syilla dan kedua temannya, Riya dan Intan "apalagi yang mereka inginkan?" gumam Enzy

"Hah?" Meylani mengikuti arah pandang Enzy, ia mengetahui apa maksud Enzy "lo ada dalam masalah sih En" Meylani meminum minuman yang Enzy beri sampai tidak tersisa, lalu berdiri "Semangat, Gue pergi dulu kalau gitu, makasih buat minumnya"

"Sial" umpat Enzy

Meylani tertawa pelan dan pergi setelahnya, berpapasan dengan segerombol orang yang ia lihat tadi, memilih tidak memperdulikannya, dan berlalu begitu saja.

"lo ada urusan apa sama Meylani?" tanya Intan

"bukan hall yang penting" jawab Enzy

Intan tersenyum kecut, Enzy tidak menjawab pertanyaannya, lagi "lo tau nggak sih?, lo itu nyebelin?, lo sok-sok an misterius, nyembunyiin banyak hall dan gak mau berbagi sama kita, lo anggep gue sama Riya apaan?, babu?, yang bisa seenaknya lo peralat buat ngurusin rumah?" geramnya

Ia lelah, lelah untuk mencari tahu siapa sebenarnya Enzy, ia lelah berusaha agar terlihat di mata Enzy, ia lelah untuk menjadi orang yang bisa Enzy jadikan sandaran.

Intan selalu berusaha agar berguna bagi Enzy, ia ingin membalas semua kebaikan yang Enzy beri. Tapi nyatanya Enzy tidak begitu perduli dengan usahanya.

Sampai akhirnya ia mendapati kebenaran jika nama lengkap Enzy adalah Neysha Adella Ernezy Tollison dia adalah anak kandung dari Leyron Tollison, putri dari Alm.Ansyla.

Kebenaran yang beberapa saat lalu ia dapatkan dari Wulan Tollison, Istri kedua dari Leyron Tollison, atau tepatnya ibu tiri Enzy. Intan mengira Enzy benar kakak kandung Syilla, ia mengira Enzy memutuskan hubungan dengan Syilla dan ibunya karena ia tidak terima Wulan menikah lagi.

Tapi ternyata Enzy adalah anak kandung Leyron yang pindah ke Jerman karena berselisih dengan ayahnya sendiri.

Intan sulit menerimanya, walau ia pernah berfikir demikian.

Enzy melirik Wulan kilas "kita baru baikan kemarin Intan, jangan bertengkar lagi" ucapnya mengingatkan jika mereka sempat bersitegang saat dijalan menuju dufan.

"lo yang ngebuat keadaan kita kayak gini Enzy, apa susahnya sih lo terbuka sama kita?, kita gak bakal judge lo yang aneh-aneh kalik, atau lo takut lo kita manfaatin kekayaan lo?" uap Intan diiringi

Enzy terdiam cukup lama"keadaannya tidak sesederhana itu" lirih Enzy

"itulah kenapa ada kita yang bisa lo jadiin tempat bersandar agar keadaan yang tidak sederhana itu bisa menjadi sederhana ENZY" Riya berteriak membuat Enzy memejamkan matanya dan saat itu juga buliran air mata jatuh dari netra hijaunya.

"Maaf"

Intan dan Riya terdiam melihat hall yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, Enzy menangis?.

"kita bicarain ini dirumah!" pinta Enzy

Intan menunduk "Sorry, gue dah capek, gue bakal balik kerumah gue sendiri, terimakasih buat pertolongan yang lo beri selama ini" ucapnya dan pergi setelah itu

"Baiklah"

"kecewa gue sama lo En" ucap Riya dan pergi mengejar Intan.

Enzy menatap kepergian mereka dengan senyuman, ia akan membiarkan mereka pergi. Ia bisa mengerti kekecewaan mereka, tapi Enzy tidak bisa berbuat lebih.

The Darkness LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang