TDL - CHAPTER 3

29 10 0
                                    

-
-
-
-
-
-***-

Sesampainya di kelas XII IPA 1 Riya dan Enzy langsung memasuki kelas yang saat itu sedang jamkos. Walikelas mereka yang memiliki jadwal jam pertama dan kedua hari ini sedang berhalangan hadir.

Riya meminta Enzy untuk berdiri di depan kelas, memperkenalkan diri seperti hallnya murid baru lainnya. Walau tidak ada guru yang menyuruhnya, Enzy harus tetap memperkenalkan diri, 'sebagai formalitas' kata Riya.

"perkenalkan namaku Nesya Adella Ernezy kalian bisa memanggilku Enzy" ucap Enzy memperkenalkan diri tanpa ada embel-embel Tollison di akhir namanya.

kenapa?, baginya Tollison sudah tidak ada semenjak dia memutuskan pergi dari rumah dan berakhir kembali ke Jerman bersama Omanya. Mobil untuk menjemputnya waktu dari bandara adalah hall terakhir yang ia minta dari Tollison, dia tidak akan merepotkan Tollison lagi, Never.

"pindahan dari mana En?" tanya widi yang di ketahui menjabat sebagai sekertaris.

"Germany?" ucapnya

'Uuuuuuh' Teman sekelasnya tampak riuh, membicarakan kebenaran yang barusaja mereka dengar, merasa tidak percaya karena sebelumnya belum pernah ada murid pindahan yang masuk di pertengahan tahun pelajaran terlebih dari luar negeri, kalaupun ada pasti tidak jauh dari jakarta.

" Guten Morgen, Enzy" sapa Widi dengan bahasa jerman sembari tersenyum

"Guten Morgen"

"halah sok-sok'an pakek bahasa Jerman ngomong bahasa inggris aja masih belepotan lu" sindir Alfian selaku ketua kelas

"Syirik ae" ucap Widi

"Btw, Bu Indah kemana?" tanya Riya yang baru sadar, kalau Enzy tadi sendirian mencari kelasnya dan malah terdampar di UKS karena menolong Intan.

"Absen Ri" jelas Widi.

"tumbenan"

Bu Indah termasuk guru yang profesional, dan jarang sekali memberi jamkos, beliau bukan guru killer hanya saja jiwa disiplinnya sangat tinggi.

"En?" Riya memanggil Enzy, mengisyaratkan untuk duduk di sampingnya

Enzy mengangguk mau tidak mau ia harus duduk di sana karena hanya kursi itu yang kosong.

Bisa saja Enzy menolak, tapi ia harus mengambil kursi lain dari gudang dan Enzy terlalu malas.

-***-

Kriiing, Kriiing...

Bell istirahat berbuyi, hanya dengan hitungan detik Kantin mulai penuh dengan siswa-siswi yang mau menghabiskan waktunya disana, ntah makan, atau hanya memenuhi bangku untuk bergosip.

"Eh, kalian udah pada tau belom?" ujar Richard

Mengerti apa yang akan Richard lakukan, sontak Ryan, Indra, dan Raziq menatapnya dengan tatapan sulit diartikan, semacam tatapan malas, jengkel, dan lebih dominan bodo amat.

"tau apa?" tanya Indra tetap bertanya walau ia tahu jika Richard akan menggosip berita terbaru yang didapatnya dari group ciwi-ciwi sekolah.

Percayalah Richard adalah laki-laki tulen, ia memasuki group gosip ciwi-ciwi hanya untuk mencari tahu perkembangan siswi yang sedang diincarnya.

"ada murid baru, cewek, cuwaaantik banget, anak kelas XII IPA 1"

Ryan mendongak "dua belas Ipa satu?" ulangnya tampak tak percaya.

"iya, gak percaya lo?, dari Jerman lagi"

Ryan semakin tidak percaya, sedikit aneh, bukan masalah siswi yang dari Jerman, tapi murid di sekolah ini jumlahnya terbatas, jika pun ada yang keluar sangat mustahil untuk ada yang bisa masuk dengan mudah.

The Darkness LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang