TDL - CHAPTER 11

32 9 0
                                    

-
-
-
-
-***-

Setelah beberapa hari Yaksa melarang Enzy untuk datang ke markas, hari ini laki-laki itulah yang telah membawanya kembali. Enzy sempat bertanya, kenapa?, tapi yaksa tidak memberikan jawaban yang pasti.

Yaksa membawa Enzy kembali untuk kedua kalinya, hanya saja kali ini dengan keadaan yang berbeda. Jika beberapa hari yang lalu, Yaksa membawanya yang sedang tidak sadarkan diri, kali ini Enzy sadar sepenuhnya.

Setelah mengantar Enzy, Yaksa langsung pamit pergi karena ada urusan yang harus di selesaikan. Enzy hanya mengangguk, membiarkan Yaksa menyelesaikan urusannya, dia tidak ingin mengganggu laki-laki itu.

Enzy melihat-lihat dengan seksama apapun yang ada di kamar Yaksa. terlihat sama saat terakhir kali ia meninggalkannya, hanya saja ada beberapa hall yang membuatnya terlihat berbeda, dan Enzy sedang mencari perbedaan itu.

Sebelum kepergian Yaksa, laki-laki itu sempat berkata 'kamar ini sekarang milik lo, gue harap lo suka' ucapnya, lalu pamit pergi.

Lima menit berselang, Enzy menyadari apa yang Yaksa katakan. 'gue harap lo suka' Yaksa berharap Enzy menyukai perbedaan yang telah terjadi. Memang secara tidak langsung kamar ini terasa sama saja, tapi nyatanya ada perbedaan yang cukup ketara.

Enzy sangat rentan pada cahaya berlebih, ia mudah pusing. Kamar yang ia tempati menjadi lebih temaram dari sebelumnya, bukan karena cahaya lampu, tapi beberapa forniture yang telah di cat ulang.

Sebelumnya cat dinding berwarna Coklat susu, tapi hari ini sudah berubah, jika bisa Enzy devinisikan berwarna, ungu terong busuk, warnanya seperti coklat tua tapi tidak meninggalkan kesan ungu.

Nakas samping tempat tidur, jika sebelumnya berwarna putih sekarang lebih ke arah putih tulang. Lampu ruangan yang sebelumnya besar sekarang menjadi lebih kecil. Yaksa sangat mengetahui jika Enzy tidak suka pada sesuatu yang bercahaya atau memantulkan cahaya berlebih.

Figura yang sebelumnya Enzy minta untuk tidak memindahkannya, tertata apik di atas nakas, berjajar indah bersama buku-buku novel yang sebelumnya berupa tumpukan majalah-majalah.

Enzy tersenyum kecil, yaksa sudah sangat berusaha. Ia sudah berusaha membuatnya nyaman, berusaha untuk tidak mengubah apapun yang telah ada. Sepertinya Enzy menyadari kenapa Yaksa memintanya untuk tidak datang beberapa hari yang lalu.

Tapi membolos 5 hari hanya untuk mengecat kamar?, sepertinya itu kurang tepat. Pasti ada hall lain yang laki-laki itu lakukan sehingga memilih membolos.

Enzy mengambil salah satu novel diatas nakas, berjalan mendekati jendela, menyibak gordennya lalu duduk diatas shofa.

Tidak ada yang bisa Enzy lakukan sekarang terlebih anggota yang ia kenali sedang melakukan tugas mereka masing-masing, rata-rata yang berada di markas adalah anggota baru yang bahkan tidak mengenal Enzy.

Ntah sudah berapa jam Enzy menyibukkan diri dengan novel di tangannya. Cahaya matahari yang sebelumnya menyinari setiap kata yang tertata apik pun telah berganti dengan cahaya bohlam lampu yang ia nyalakan beberapa menit yang lalu.

Mahu seberapa lama dan seberapa seringnya ia membaca, Enzy tidak akan pernah merasa bosan dengan kegiatan yang satu itu. Apapun akan ia baca jika memang memiliki waktu. Bukan hanya fiksi, buku sastra, ekonomi, bahkan kitab sucipun ia baca, sangat konsisten.

Enzy menutup novel ditangannya. Ia menuruni tangga menuju lantai bawah

"obatin dulu tuh luka, infeksi mati muda lo " tidak tahu itu suara siapa, Enzy terus melangkahkan kakinya, sampai di langkah terakhirnya menuruni tangga , matanya menangkap seseorang yang tengah duduk di shofa berama lima inti dengan tubuh yang dipenuhi darah.

The Darkness LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang