Donu isbekkkkkkk after hiatus yuhuu~~ 🌟
Maap ya nunggunya lama zayang
Donu usahain bkal up spti biasa yaa, walaupun blm bisa janji but doain aja!Selamat datang kembali di keraton 😘 ~~
🗻🗻🗻
"Dek.. Sayang..,"
Jay mengusap usap rambut Jungwon. Membangunkan cowok ayu itu.
Tapi Jungwon tak kunjung bangun.
Masuk akal, karna memang tadi dia kehabisan darah entah sudah berapa lama sebelum Jay menyelamatkan dia. Tapi tetap saja, hati si raden itu, nggak bisa nggak terpengaruh. Bergemuruh, takut, takut andai kata cowok ayu itu benar benar tidak bangun dan dia harus benar benar membunuh diri sendiri, tabib, serta keturunan keturunan tabib itu.
Raden gagah itu melorot, menumpukan kepalanya diatas dada Jungwon dengan hembusan nafas panjang,
"Tangio dek.. mas kangen..,"
*Bangun dek, mas kangen
Gumam Jay lirih. Dia menutup matanya, cengeng sekali. Itukah sosok seorang raden yang juga seorang panglima perang yang sering melihat orang mati di medan perang itu? Kenapa sekarang cengeng? Menangis seperti orang lemah di dada seorang rakyat jelatah.
Dan raden itu terus menangis dalam diam.
Tanpa dia sadari, pergerakannya membuat Jungwon tersadar dari pingsannya,
"Mas?,"
Begitu mendengar suara pelan yang selalu terdengar seperti sinden merdu di telinganya itu, Raden Jaya langsung mendongak, hampir seperti orang yang tersengat listrik, dia bangkit hampir terlalu cepat yang membuat Jungwon sendiri yang ada di bawahnya sedikit menutup mata.
"Dek..?,"
Bisiknya hampir tak percaya.
Jungwon tak menjawab. Dia malah mengangkat satu tangannya yang tak terluka dan menyentuh wajah raden itu, menyentuh air mata di pipinya, tanpa suara. Semua orang sebetulnya bakal sangat kaget melihat Raden Ageng itu menangis, tetapi tidak untuk Jungwon. Dia tahu apa yang sedang menyelimuti dibalik kedua netra hitam cowok itu, jadi dia cuma diam sambil menghapus air matanya saja.
Bibir Jay melengkung ke atas. Nggak, rasanya terlalu membahagiakan. Dapat menatap kedua mata Jungwon lagi dengan bulu matanya yang panjang itu dan merasakan wajahnya diusapi oleh jemari jemari lelaki paling lentik di seluruh dunia itu.
"Saya rela menangis setiap hari kalau kamu bakal menyentuh saya seperti ini setiap saya menangis..," Ucap Jay setengah bergumam. Sebetulnya itu isi hatinya, sebetulnya nggak perlu disuarakan. Tapi malah lolos begitu saja.
Jungwon cuma memberi senyum tipis di bibirnya yang terlihat pucat itu,
"Serius?,"
Jawabnya sekenanya. Toh pada akhirnya, dia masih memperlakukan sang Raden ini masih seperti mainan saja. Dia nggak terlalu mendengarkan kata katanya. Seberapa banyakpun Jay menunjukkan cintanya padanya, goa sunyi di hatinya itu sudah di isi oleh orang lain. Orang yang Jungwon sendiri sampai rela mengorbankan nyawanya demi orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]
Fanfiction"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," 🗻🗻🗻 Latar Kerajaan-Keraton Jawa Diselipi sedikit bahasa Jawa untuk percakapan, tapi nggak masalah buat yang nggak paham ada translate nya kokk, tenang ~ 😚🍃 B×B shayang yg homopobic syuh~...