36 - Timur

1K 204 202
                                    


"SUGENG RAWUH SRI SULTAN HAMENGKUSUMO II.."

*Selamat datang

Semua orang bersujud ke tanah. Nggak perduli siapa. Mau abdi, prajurit, petinggi pun semuanya sujud saat gerbang dibuka dan tandu aristokratik itu berjalan masuk dengan kuda kuda aristokratnya yang berbulu mengkilat.

Klotak

Klotak

Kaki kaki kuda menapak tepat didepan para kepala yang bersujud. Membuat para 'jelatah' itu harus menahan nafasnya karna sebagian debu jadi tersapu angin dan mengenai wajah mereka. Tapi meskipun begitu, tidak ada yang berani menaikkan kepala sama sekali.

Sedangkan Jungwon, yang duduk di samping supir tandu hanya bisa menganga tanpa suara.

Jadi, kalau aja kalian belum tau, Jungwon ini sekarang sedang ikut Sang Sri Sultan perjalanan politik. Dan kali ini perjalanan politiknya adalah ke Kerajaan Timur, Kerajaan dimana adik satu satunya dari Sang Sri Jaya Kusumolani bertahta dan bertitah selama kurang lebih 5 tahun terakhir.

Jungwon nggak nyangka bisa menapakkan kaki di tempat ini. Bahkan dalam keadaan naik tandu. Walaupun sebagai abdi pendamping, sih. Tapi tetap saja. Pengalaman seperti ini, mana bisa dia dapatkan kalau dia nggak sangat beruntung?

Abdi manapun juga nggak akan bisa ikut dibawa, dan naik tandu walaupun duduk di luar bilik disamping supir. Karna biasanya pemimpin seperti Sri Sultannya itu hanya bawa pasukan prajurit untuk menjaga dia. Yang mana mereka nggak diizinkan naik tandu juga.

Tapi Jungwon, dia spesial. Karna sejak diangkat menjadi abdi pribadi Sang Pemimpin Tertinggi itu, dia jadi dibawa kemana mana. Termasuk saat ini, dibawa menjadi satu satunya abdi di perjalan politik ke Kerajaan Timur.

"Wah..,"

Jungwon menganga. Nggak bisa menutup mulutnya melihat semua 'sudut pandang orang kaya' dari atas tandu ini. Dan kagum melihat istana Kerajaan Timur yang ternyata megah, walaupun statusnya cuma kerajaan cabang.

Di bangunannya terlihat banyak sekali aksen mencolok, yang berwarna emas atau terang seperti batu permata. Istana ini sungguh menyilaukan mata kalau dibandingkan dengan KeKratonan yang terlihat lebih berwibawa dan tampak sudah lama berdiri. Warna warna yang dipilih lebih halus dan elegan daripada disini.

Melihat eksterior yang seperti itu,

Jungwon jadi bertanya tanya, apakah Sri Paduka Jakah Senopatih itu orang yang nyentrik?

Dia jadi mengandai andaikan rupa Raja Timur itu. Tidak sadar bahwa dia sudah melamun terlalu lama dalam keadaan menganga sedari tadi,

"Heh, le! Cangkemmu iku!,"

*Heh, nak! Mulutmu itu!
*Le : sebutan nak untuk laki2

Supir tandu tiba tiba menceples lengannya.

Baru saja Jungwon mau bereaksi, telapak bapak bapak itu sudah meraup wajahnya,

"Uwis tutok iki! Untung ora dileboni laler iku cangkemmu le, le,"

*Sudah sampai ini! Untung nggak dimasuki lalat itu mulutmu, nak, nak

Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang