"Sugeng Injing, Sri..,"
*Selamat Pagi, Sri..
Jay otomatis memijat dahinya. Baru saja dia berbaring sebentar setelah huru hara abdi yang merepotkan kemarin malam, nyatanya sekarang sudah pagi, dan seperti biasa dia tidak bisa bermalas malasan.
Para abdi sialan itu tentu saja membangunkannya untuk mengingatkannya bahwa banyak perkerjaan pekerjaan sialan yang harus dia kerjakan setiap hari. Sialan.
Tetapi, mengingat tanggung jawabnya, bangsawan dengan tubuh terpahat apik karna selalu mengkonsumsi bahan bahan makanan terbaik se Keraton itu bangkit dari kasur, meregangkan otot ototnya yang sedikit pegal karna kurang tidur.
Mengusak rambut jagungnya sedikit dengan alis menukik yang tajam, sebelum kemudian merapihkannya kembali dan membungkus dirinya dengan kain kain apik pakaian ketinggian yang memang pantas untuknya. Untuk orang seperti-nya.
Setelah memastikan dirinya rapi dengan blangkon Kesultanannya, barulah cowok itu keluar dari kamarnya.
Baru membuka pintu, seperti biasa dia sudah disambut dengan banyak sekali abdi. Berjajar didepan pintu kamarnya.
Wajah Jay sangat kelihatan nggak enak pagi ini. Karna dia betul betul lelah akibat intrupsi kecil abdi aneh tadi malam. Tapi tentu saja, se tidak enak apapun ekspresi wajahnya hari ini, abdi abdi itu nggak akan pernah tau. Karna mereka seperti biasa, kali ini juga sedang menunduk menatap tanah, sedangkan dirinya berjalan dengan gagahnya ditengah tengah dengan mengangkat dagunya.
Baiklah, seperti biasa dia akan minum teh dulu setiap pagi. Maka Sultan itu langsung saja melangkah melewati aula, menuju lokasi tempat dimana biasanya dia minum teh dipagi hari.
*Aula
Sesampainya di sana, teh sudah tersedia di meja dan dirinya pun disambut satu kali lagi,
"Sugeng Injing Sri,"
*Selamat Pagi Sri
Jay nggak menjawab. Karna ya, nggak perlu. Buat apa? Menjawab selamat pagi kembali itu terlalu tidak pantas untuk dirinya. Jadi, Sultan itu hanya langsung duduk di kursinya dan meraih cangkir teh merah kesukaannya,
"Bacakan."
Perintahnya, setelah menyesap satu tegukan teh miliknya.
Satu orang abdi langsung melangkah keluar dari barisannya dan berdiri dihadapan Sang Sultan, dengan membawa kertas kecil berisi jadwal Sang Pemimpin hari ini,
"Dua surat wilayah, ditandatangani. Satu pertemuan dengan pengurus utara, serta satu surat perjanjian wilayah, Yang Mulia,"
Jelas si abdi, membacakan seluruh isi kertas jadwal yang dia bawa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]
Fanfiction"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," 🗻🗻🗻 Latar Kerajaan-Keraton Jawa Diselipi sedikit bahasa Jawa untuk percakapan, tapi nggak masalah buat yang nggak paham ada translate nya kokk, tenang ~ 😚🍃 B×B shayang yg homopobic syuh~...