"Hiks, hiks..,"
Lagi lagi Jungwon menangis sendirian di rumah reotnya. Sudah sekitar tiga hari semenjak hari Jungwon membatalkan semua ajiannya itu. Sebetulnya bisa saja Jungwon memutuskan untuk menghabiskan darahnya saat dia memotong nadinya kemarin, tapi dia memilih untuk tidak mati. Karna kalau dia mati, akan terlalu enak baginya. Sedangkan Heeseung harus menanggung semua buah dosanya sendirian. Maka Jungwon memilih untuk hidup secara menyedihkan selama yang dia bisa.
Sudah tiga hari ini juga dia sama sekali tidak keluar rumah. Dia sudah terlalu malu untuk berhadapan dengan semua warga di desa ini. Karna dia, karna perbuatannya, desa ini dikutuk. Walaupun sekarang sang Raden mungkin sudah lupa tentang kutukan yang dia buat, tetapi desa ini sudah terlanjur kena dampaknya. Terlanjur diobrak abrik, dan jari Heeseung—
"—AAAHH!!,"
Jungwon berteriak sendiri dan menggeleng gelengkan kepalanya. Lagi lagi bayangan setetes darah yang menetes dari jari buntung Heeseung berkelibat dikepalanya.
Mengerikan. Bahkan setelah mengunci diri tiga hari di gubuk jeleknya, dia tak bisa melupakan bayangan tentang jari buntung itu dari fikirannya.
Tok Tok..
"Dek?,"
Satu suara familiar terdengar dari pintu belakang, dengan beberapa ketukan.
Senyuman miris timbul di bibir Jungwon,
"Bodoh, Jungwon..," Gumamnya ke diri sendiri. Tangannya memukul pukul kepalanya sendiri,
"Masih bisa kamu berhayal hah?,"
Jungwon menertawakan dirinya sendiri. Bisa bisanya disaat saat seperti ini dia berhayal mendengar suara sang Raden yang memangilnya untuk membawanya lari jauh dari tempat ini.
Sedangkan, halah, palingan juga Raden itu sudah lupa sama sekali dengan dirinya sekarang.
Tok Tok..
"Dek saya masuk ya?,"
Jungwon tertawa sekali lagi. Suara itu lagi. Lagi lagi pikiran rungseknya bermain main dengan dirinya.
Tapi betapa kagetnya dia ketika,
Cekrek..
Pintunya terbuka dan dia dapat melihat dengan jelas bahwa seorang Raden Jaya Kusumo berdiri disana. Tepat didepan pintu.
Mata Jungwon membelalak,
"M-mas?,"
Bibirnya bergetar.
Alis Jay menyatu. Melihat Jungwon yang duduk meringkuk dibawah meja dengan alas tanah sendirian,
"Sayang kenapa disitu?,"
Suara dari pertanyaan Jay membuat Jungwon menggeleng gelengkan kepalanya keras keras. Dia lagi lagi memukuli kepalanya sendiri.
"Bodoh, bodoh. Bodoh, jangan gila,"
Pekik Jungwon dalam hatinya. Menghentikan dirinya sendiri yang mungkin sudah gila, sehingga dia bisa berhayal dengan sebegitunya melihat sang Raden didepan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]
Fanfiction"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," 🗻🗻🗻 Latar Kerajaan-Keraton Jawa Diselipi sedikit bahasa Jawa untuk percakapan, tapi nggak masalah buat yang nggak paham ada translate nya kokk, tenang ~ 😚🍃 B×B shayang yg homopobic syuh~...