"ACCK!!,"
Jungwon tersungkur kebawah setelah berlari sangat lama. Kakinya tak bisa lagi menopang tubuhnya. Bukan hanya karna raganya lelah, tapi juga karna jiwanya tak bisa lagi menahan dirinya untuk terus berpura pura kuat.
Jungwon terisak ditanah, dengan kaki dan tangan yang kotor karena pakaiannya masih setengah basah, merengek dengan tidak tahu dirinya ditengah jalan setapak di hutan. Jungwon tau bahwa ini tidak cukup jauh dari lokasi Taman Sari tempatnya melarikan diri tadi, tapi kali ini dia betul betul sudah tak mampu.
"Aa.. Hiks— Hiks—,"
Wajah manisnya kini terlihat berantakan, beberapa butir tanah menempel di pipinya karna dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya yang kotor. Menangis terisak isak tanpa peduli apa apa lagi. Meraung raung seperti orang gila.
Hatinya terasa sangat sakit, mengetahui fakta bahwa kini dia akan sendirian lagi. Tak ada lagi nada nada lembut yang memanggil namanya dengan sebutan 'sayang' seperti dirinya adalah orang yang paling berharga di dunia. Sekarang dia hanyalah rakyat jelatah miskin biasa yang diliputi tanah, bersimpuh di jalanan dengan kotor dan hina. Tak akan ada lagi yang menyayanginya seperti yang biasanya Raden Jaya itu lakukan.
Jungwon sangat iri. Di masa masa seperti ini, Jungwon berharap dia dilahirkan sebagai seorang perempuan. Bisa disayangi, dan menikah dengan laki laki yang siap menjaganya selamanya, seperti Mbak Rinda dan Heeseung. Alangkah baiknya jika begitu. Jungwon iri sekali. Dia hanya ingin disayangi, tapi dia sadar teramat sadar, bahwa fisiknya ini akan membuatnya selamanya tak akan disayangi seperti itu. Satu satunya cara mendapatkan sedikit kasih sayang hanyalah dengan kegelapan, tapi sekarang kegelapan itu bahkan sudah lenyap.
Jungwon tak punya apa apa lagi.
Sudah tak ada artinya lagi hidup didunia ini. Tanpa siapa siapa. Sebatang kara. Dibenci di lingkungan rumah, tidak normal, dan tanpa kasih sayang.
Mata Jungwon melirik bekas kayu runcing yang dia gunakan untuk merobek kulit lengannya tadi. Pikirannya menjadi kalut.
Lebih baik mati, kan?
Pikirnya dalam hati sembari air matanya tak berhenti mengalir.
Sudah tak ada lagi tanggungannya didunia ini. Perjanjian dengan setan sudah dia putuskan. Dia tak punya siapapun yang menunggunya dirumah. Warga desa juga.. Pasti lebih senang kalau dia mati saja sepertinya.
Ya, lebih baik begitu.
Tangan Jungwon perlahan meraih batang kayu runcing itu, menggegamnya ditangannya walau dengan jemari yang bergetar. Kemudian menutup matanya, dan mengangkat kayu itu, mengarahkan ujungnya ke lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]
Fiksi Penggemar"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," 🗻🗻🗻 Latar Kerajaan-Keraton Jawa Diselipi sedikit bahasa Jawa untuk percakapan, tapi nggak masalah buat yang nggak paham ada translate nya kokk, tenang ~ 😚🍃 B×B shayang yg homopobic syuh~...