Sudah satu bulan sejak kejadian di malam itu.
Sudah satu bulan juga semenjak Jay akhirnya dapat tidur nyenyak setiap malam tanpa terbangun karna alasan alasan yang dia sendiri tidak ketahui. Walaupun, tetap saja waktu tidurnya selalu kurang. Karna ya, dia tetap sibuk.
Dan itu tetap membuatnya gampang marah karna kelelahan.
Tapi tak bisa dipungkiri, para abdi pun mengakui bahwa akhir akhir ini Sri Sultan pemimpin mereka itu auranya sudah tak se-mencekam dulu.
Meskipun begitu, hormat para abdi tak berkurang sama sekali. Justru semakin menghormati pemimpinnya itu,"Sugeng injing Sri,"
*Selamat pagi Sri
Sapa seorang abdi perempuan yang baru saja berpapasan dengan sang Sultan di lorong menuju pawon. Senyum tipis tersungging di wajah abdi itu.
*dapur
Jay melihatnya. Senyum abdi itu. Akhir akhir ini dia menyadari bahwa sedikit demi sedikit mulai banyak abdi yang tersenyum saat menyapa dirinya. Dan anehnya itu tidak membuatnya merasa tersinggung.
Jay membiarkannya. Walaupun dia juga tak pernah merespons sapaan mereka. Dengan ataupun tidak dengan senyuman.
Jay hanya melanjutkan langkahnya menuju ke pawon.
"S-Sri?! — M-maaf Sri, apa ada yang bisa saya bantu?!,"
Seorang abdi langsung terperanjat saat melihat Sultan-nya berdiri di depan pintu pawon. Terkejut bukan main. Karna sangat aneh bagi pemimpin setinggi dirinya untuk mau repot repot mendatangi tempat tak ber prestis seperti dapur, biasanya yang datang paling paling hanya suruhannya saja. Oleh karena itu, bahkan tadi dia hampir tersandung dan tidak sengaja meninggikan suaranya.
Tangan abdi itu langsung dingin, menunduk dihadapan pemimpinnya. Dia takut akan dihukum karna meninggikan suaranya.
Jay mengeraskan rahangnya,
"Tidak tahu sopan santun!," Desisnya.
"M-Maafkan saya Sri,"
Abdi itu langsung berlutut ditanah sambil menggosok gosokkan kedua tangannya, menyesal.
Membuat Jay semakin kesal melihatnya,
"Sudahlah! Buang buang waktu saja!,"
Ucapnya dengan nada tinggi. Secara tidak langsung menyuruh abdi itu berdiri.
Abdi itu langsung berdiri. Sedikit bernafas lega karna walaupun dibentak, tapi Sultan itu melepaskannya tanpa hukuman. Ternyata memang benar rumornya bahwa sang Sultan sekarang sudah tidak sekejam itu lagi. Walaupun tentu saja masih tegas dan gampang emosi. Namun sudah tidak menghukum dengan tidak manusiawi terhadap hal hal kecil lagi.
"Buatkan saya dua puluh lima jenis makanan ringan. Dua jam lagi bawa ke pendopo kesultanan. Ingat. Saya tidak suka orang terlambat, atau membuat kesalahan."
Titah Jay. Akhirnya menyampaikan maksudnya datang kesini.
Abdi didepannya itu langsung kaget untuk kedua kalinya. Astaga. Sungguh perintah yang sulit. Tapi seharusnya dia sudah tahu bahwa tidak mungkin hal biasa bisa membuat pemimpinnya itu datang sendiri kesini. Pasti untuk hal hal khusus seperti ini. Walaupun meminta kudapan juga tidak bisa disebut sebagai hal khusus, sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]
Fanfic"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," 🗻🗻🗻 Latar Kerajaan-Keraton Jawa Diselipi sedikit bahasa Jawa untuk percakapan, tapi nggak masalah buat yang nggak paham ada translate nya kokk, tenang ~ 😚🍃 B×B shayang yg homopobic syuh~...