"Duh, makin panas aja ni hawa Rumah sakit. Iblisnya bertambah Yan," ujar Alin pada Rian.
"A-alin," ucap gadis itu.
"Mau apa lo!" Ketus Alin.
"A-alana sama Lo kan? Dimana dia?" Tanya gadis itu mencoba mendekat kepada Alin.
Alin mundur perlahan dan sukses menghentikan pergerakan Elina. Alin pun lebih memilih untuk bungkam.
"Dimana?!" Ucap Elina yang mulai histeris.
Namun tak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan dari Elina, Elina beralih pada Rian, dan mulai mengguncang bahu Rian.
"Yan, Lo pasti tau kan?" Namun tak ada jawaban.
"Kalian semua mendadak bisu? Gue tahu Alana ada di sini kan, dan kalian tau itu."
"Berisik banget dah lo,"ucap Alin.
"Ya jawab pertanyaan gue!"
"Untuk apa? nggak penting," ucap Alin sambil memutar bola matanya.
"Iya menurut lo ini nggak penting, karena lo tahu dia di mana," Elina menggebu-gebu.
"Lo bisa diam gak?! Ini Rumah sakit bego,"ujar Rian kesal.
"Ini ada apaan sih ribut ribut?" Ucap seseorang.
"Aduh, kenapa mesti keluar sih," gumam Alin yang dapat didengar Rian.
"Tau tuh, gak tepat banget momennya," ujar Rian dan dihadiahi pelototan dari Alin.
Alana yang melihat orang itu, langsung mematung. Kakinya terasa membeku, lidahnya kelu.
Alana berusaha untuk kembali kedalam ruangan Dave, namun dicekal oleh Elina.
"A-alana" ujar Elina dan mulai mendekat.
"Jangan. Sentuh. Gue," ujar Alana penuh penekanan. Perlahan, Elina melepaskan cekalannya
"L-lo apa kabar?" Tanya Elina basa basi sambil menampilkan senyuman pahitnya.
"Baik setelah lo pergi dari hidup gue."
Elina tetap memaksakan senyuman kecutnya setelah mendengar perkataan Alana.
"T-tapi Al, gue mau minta maaf. Maafin gue," ujar Elina dengan air mata yang bercucuran.
"Basi, anggap aja kita nggak pernah kenal," ucap Alana dan hendak masuk lagi ke ruangan Dave.
Tangan Alana dicekal lagi oleh Elina, Alana yang kaget langsung spontan menghempaskan tangan Elina kasar.
"Gue bilang jangan sentuh gue!"
"Alana gue minta maaf," ucap Elina sambil berlutut memegangi tangan Alana.
"Apa dengan gue maafin lo bisa mengembalikan semuanya El?! Apa Lo bisa balikin waktu gue 10 tahun dengan siksaan kalian itu? Bisa gak..." Ucap Alana sedikit berteriak dan air matanya bercucuran.
"... Jawab gue El! Malah dengan gak tau malunya lo dateng ke gue, setelah semua apa yang lo lakuin ke gue..."
"Lo nggak tahu gimana rasanya jadi gue! saat gak ada satu orang pun yang berpihak pada lo. Bahkan semesta sekalipun! Lo nggak bakal tau gimana rasanya El," ucap Alana dengan nafas yang tak teratur.
Tak ada sepatah kata pun terdengar dari mulut Elina. Hanya suara isak tangis yang kian terdengar memilukan di telinga.
Melihat tak ada ada tanggapan dari Elina, Alana menghempaskan tangannya dan sukses membuat Elina jatuh.
"Mampus rasain lo!" Ujar Alin.
"Mulut lo kantongin dulu deh Lin," ucap Rian dan hanya dibalas wajah cemberut oleh Alin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argalana
Teen FictionApa yang kalian pikirkan tentang gadis yang berusia 16 tahun, menikmati masa SMA? atau bersenang senang untuk menemukan jati diri? hahaha. Itu semua tidak berlaku untuk gadis cantik nan malang Alana Chessa Bagaskara, untuk menyebutkan nama akhirnya...