Tamparan💔

3.5K 241 83
                                        

Aku sangat ingin menjadi seperti hujan, walaupun sudah jatuh berkali kali, dan di injak injak oleh manusia, namun sedikitpun dia tidak pernah berhenti untuk jatuh ke bumi, sebab ia tahu, bahwa setiap tetesan hujan sangat berarti bagi manusia.

                           🖤🖤🖤

                       Alana pov

Plakk

"Dasar anak kurang ajar, tidak tau di untung, masih mending saya mau rawat anak pembawa sial seperti kamu!"

Tamparan dan di maki maki, menurut ku itu sudah menjadi rutinitas ku setiap hari. Pipi ku sudah mati rasa, telinga ku sepertinya sudah tuli akan makian yang di lontarkan orang tua ku.

Tunggu, apakah mereka masih pantas ku sebut orang tua? Ah entahlah.
Yang kupikirkan saat ini bagaimana caranya agar aku cepat sampai kekamar dan tidur.

"Maaf pah, tadi alana ada urusan sebentar diluar."

"Sudah berapa om om yang kamu layanin malam ini?"

Pertanyaan yang dilontarkan mamahku memang selalu seperti itu. Sakit?sudah pasti. Namun apa boleh buat.

"Alana nggak pernah melakukan hal yang menjijikan seperti itu mah." Ujar ku sambil menangis

"Padahalkan, itu sama menjijikannya seperti kamu."

Sudah, sudah cukup. Jangan tanya kan seperti apa hati ku sekarang. Aku pun langsung berlari ke kamar dan menangis sejadi jadinya. Benar, perkataan dan tamparan tadi bukan pertama kali nya untuk ku. Namun, aku tetap manusia yang memiliki perasaan.

Aku pulang malam ini juga karena aku harus bekerja menjadi seorang pelayan di toko bunga, milik seseorang yang baik hati. Karena memperbolehkan ku bekerja disana. Padahal aku hanya anak SMA, yang belum berpengalaman. Aku bekerja di sana sampai pukul 22.00 malam, maka dari itu aku selalu kena marah, dan berakhir tamparan.

Aku memilih bekerja disana sebab, aku harus membiayai kebutuhan ku, terutama untuk penyakit sialan ini. Orang tua ku hanya memberikan uang saku yg bisa dibilang sangat pas pasan. Maka dari itu aku harus bekerja paruh waktu.

Sudah sebulan, aku tidak melakukan cuci darah. Karena aku merasa itu semua sia sia. Sebab ujung ujungnya aku bakal mati juga.

Aku pun membersihkan diri, aku nikmati setiap tetesan air yang jatuh tepat di atas luka ku yang belum mengering. Selalu seperti itu. Setelah selesai melakukan ritual tersebut, aku pun tidur dan berharap supaya besok aku tidak akan bangun lagi.

  Keesokan harinya~

Alana sudah siap dengan seragam sekolahnya, dan dia pun turun kebawah dan berniat untuk langsung pergi kesekolah. Di tangga dia melihat keluarga yang sangat harmonis, sedang sarapan di ruang makan. Tanpa dirinya, dan selalu seperti itu.

"Mah, pah Alana pamit,"

"Pergi saja sana, dan kalau bisa jangan pulang lagi."

Perkataan mamah, mampu meneteskan air mata Alana. Namun itu sudah biasa, dan Alana pun langsung berangkat kesekolah, dengan menggunakan angkutan umum.

Sesampainya di sekolah~

"Alana!" Teriak arga dari kejauhan "PR gue yang kemarin mana, Udah siap kan?" Tanya Arga, sambil menarik tas Alana, dan itu sukses membuat Alana terjatuh.

"Halah, gitu doang jatuh loh. Lemah banget!"

"Maaf Arga, PR kamu yang kemarin belum selesai, maaf aku gak sempat, tugas tugasku juga banyak."

ArgalanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang