Sekarang Alana tepat berada di depan gerbang rumahnya, Alana sudah berdiri didepan pagar kira kira sudah 15 menitan. Alana merasa cemas untuk masuk kedalam rumahnya, akhirnya dengan sedikit keberanian yang Alana miliki dia melangkahkan kakinya, membuka gerbang dan masuk dengan ragu.
Alana menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan pelan. Alana pun masuk kedalam rumah yang bagaikan Neraka itu.
Belum sempat Alana memberi salam, sudah ada pertanyaan dari dalam rumah, tepatnya diruang tamu. Terlihat keluarga penghuni rumah ini sedang berkumpul ria diruang tamu."Dari mana saja kamu?" Tanya Fandy, Papa Alana.
"Alana dari-"
"Masih ingat pulang kamu? Setelah tiga hari kamu tidak pulang kerumah. Kamu jangan seenaknya ya disini, ini rumah saya. Jadi kamu gak berhak untuk pulang seenaknya disini, masih untung saya masih mau menampung anak seperti kamu disini. Dasar anak gak tau diuntung kamu!" Ucap lelaki paruh baya itu dengan menaikkan suaranya.
"Alana bisa jelasin pah, tolong dengerin Alana." Pinta Alana memohon.
"Alah gak usah dengerin kata kata dia pah, pasti dia bohong. Gara gara dia, persahabatan Arga dan sahabat sahabatnya, hancur pah. Karena salah satu dari mereka ngebela si Alana." Ucap Elina mengadu, dan dia pun mendekat kearah Alana dan menjambak rambut Alana. "Udah cukup ya gara gara lo, keluarga kita jadi seperti ini, dan gara gara lo juga Tante Mirna koma. Dan sekarang, lo malah ngehancurin persahabatan Arga. Lo kenapa sih! Belum puas lo udah ngehancurin ini semua, hah!" Ujar Elina sambil berteriak.
"Cukup Elina, lo udah keterlaluan. Ini semua salah lo, bukan salah gue!" Ujar Alana membela diri.
Plak
Sebuah tamparan dari papanya mengenai pipi mulus Alana.
"Jangan pernah kamu menuduh anak saya seperti itu, karena ini semua itu salah kamu! Kamu yang sudah menghancurkan segalanya, hidup Arga dan keharmonisan rumah tangga ini, semuanya hancur gara gara kamu! Kamu udah gak pantas untuk hidup di dunia ini. Dasar anak pembawa sial!" Ujar Fandy.
"T-tapi Pah, Alana juga anak Papa sama Mama, Alana anak kalian berdua" Ucap Alana sambil menunjuk nunjuk dirinya.
"Gak sudi saya punya anak seperti kamu. Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mengakui kamu sebagai anak saya. Anak saya cuman satu, Elina. Dan kamu hanya orang asing yang kami tampung disini." Ujar Mila, mama Alana.
Perkataan Mila bagaikan belati yang menusuk nusuk dan menyayat nyayat hati Alana. Apakah sebegitu tidak dianggapnya Alana disini. Benarkah Alana hanya dianggap orang asing disini.
"Sebagai ganjarannya, kamu akan saya beri hukuman. Biar kapok kamu." Ucap Fandy sambil menarik Alana kedalam kamar mandi.
"T-tapi pah, Alana masih lemes. Pah jangan pah, pah mohon." Ucap Alana sambil mencoba menahan tubuhnya.
Namun karena kondisinya masih lemah, kekuatan sang papa tidak akan tertandingi. Ditambah lagi Elina dan Mamanya mendorongnya dari belakang.
"Ini pantes buat kamu,"
Elina mendorong Alana kepojok kamar mandi dan membuat Alana tersungkur kedepan. Alana pun mencoba membenarkan posisinya menjadi duduk. Dan tiba tiba,
Byur
Alana disiram dengan Fandy hingga menyebabkan baju Alana basah kuyup dan kedinginan.
"Udah pah, dingin." Ucap Alana dengan tubuh yang bergetar.
Elina mendekat ketubuh Alana yang sudah basah kuyub.
"Emm, dingin ya? Kasihan banget sih lo,"Ucap Elina meremehkan, sambil mencengkram dagu Alana "Itu pantes sih buat lo, karena gara gara lo tadi, sifat Arga jadi dingin. Dan mungkin memang dingin setelah kejadian itu, gue harap lo bakal merasakan kedinginan selamanya, dan mati." Ujar Elina dan menghempaskn dagu Alana kasar. Dia pun menyiram Alana dengan seember air yang ada didekatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Argalana
Fiksi RemajaApa yang kalian pikirkan tentang gadis yang berusia 16 tahun, menikmati masa SMA? atau bersenang senang untuk menemukan jati diri? hahaha. Itu semua tidak berlaku untuk gadis cantik nan malang Alana Chessa Bagaskara, untuk menyebutkan nama akhirnya...