Tepat 3 hari dia pergi, tapi tak sedikit pun aku merasa kekurangan perhatiannya. Walau Ribuan jarang menjadi penghalang bagi kami untuk beberapa saat. Dia selalu mengabari ku tentang hari harinya disana, dan tadi dia baru saja mengirimkan ku sebuah foto.
Difoto itu tampak bangunan tinggi menjulang, bangunan yang menjadi Iconic Indonesia, Monas. Tak lupa dia memberikan kata kata untuk melengkapi foto itu, "Udah aku sampein ya salamnya sama Monas."
Tersenyum aku membacanya, sekaligus merasa kangen dengan tanah kelahiranku. Tak pernah aku meninggalkan Negara itu selama ini, namun keadaanlah yang memaksaku untuk melakukan semuanya.
Sebersit rasa rindu menghampiri diriku yang saat ini memandangi foto yang orang itu kirim. Namun semuanya ku anggap angin lalu saja, karena tekadku sudah bulat untuk membuka lembaran baru dan menyimpan lembaran lama yang pahit dan suram.
Sesuai keinginannya, aku sudah menyampaikan salamnya pada Monas. Sekaligus agar membuktikan aku orangnya yang amanah. Kini tinggal titipan Alin yang berupa Cilok, aku tak yakin bisa memenuhi itu.
Kini aku sedang berjalan menyusuri Trotoar, yang ku butuhkan kini hanyalah secangkir Kopi kesukaan ku. Aku harap disini aku dapat menemukan Kopi terbaik dan menenangkan.
Namun disela sela perjalanan ku, aku melihat selembaran Pamflet oranghilang yang menampilkan wajah orang yang sangat ku kenal. Aku terkejut, pasalnya Alana tak pernah mengatakan sesuatu tentang ini kepadaku.
Aku pun langsung mengirimkan foto Pamflet itu kepada Alana.
Aku sangat terkejut saat melihat foto yang dikirimkan oleh Dave, aku bertanya tanya. Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa mereka sampai memasang Pamflet untuk menemukanku. Seperti aku sudah penting saja dimata mereka.
Aku langsung menyuruh Dave, untuk tidak memberi tahu kepada siapapun. Dan menyuruhnya untuk seperti orang yang tak mengenalku, Dave pun menyetujuinya. Namun, dengan syarat aku harus menjelaskan semua kepadanya saat Dave sudah kembali ke Jerman.
Diujung tembok, tepat didepan selembaran Pamflet itu. Seseorang berdiri dan memandang Pamflet itu secara terus menerus.
"Lo tau dia dimana?" Tanya ku pada Pria itu. Namun tak ada jawaban, dari Pria yang terus memandangi wajah Alana. Rasanya ingin sekali aku menutupi foto wajah Alana agar tak dilihat terus menerus oleh Pria itu. "Lo kenal dia?" Tanya ku lagi.
"Sangat kenal."
Dave mengernyitkan Dahinya, "Kapan terakhir kali dia pergi?"
"Setahun yang lalu, dan sampai sekarang tak ada yang bisa menemukannya."
"Gak coba lapor Polisi?" Tanya ku lagi
"Bahkan Polisi gak bisa nemuin dia."
Dave semakin bingung dan bertanya tanya dalam benaknya, Pria itu masih tak melihat dirinya. Pria itu masih saja fokus pada foto Alana.
"Alana gadis yang malang, tak ada satu pun yang tau keberadaanya. Apa yang sedang dia lakukan disana ya Bro?" Tanya Pria itu dan akhirnya melihat ke arahku.
"Dia sedang berbahagia."
"Berbahagia disana, dan meninggalkan luka pada orang yang dia tinggalkan."
"Sepenting itu kah dia bagi Lo?" Tanya ku bingung.
"Penting, gue salah satu alasan dia nekat buat pergi."
"Terus kalau Lo salah satu alasan dia nekat pergi, kenapa Lo masih nyari dia?"
"Gue belum sempat minta maaf sama dia, kesalahan dimasa lalu yang gue perbuat sangat besar Bro," ucap Pria itu sambil menghela nafas.
![](https://img.wattpad.com/cover/237324415-288-k364546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Argalana
Novela JuvenilApa yang kalian pikirkan tentang gadis yang berusia 16 tahun, menikmati masa SMA? atau bersenang senang untuk menemukan jati diri? hahaha. Itu semua tidak berlaku untuk gadis cantik nan malang Alana Chessa Bagaskara, untuk menyebutkan nama akhirnya...