Aku yang sekarang kau benci dan kau siksa, setidaknya dulu pernah menjadi dia yang sangat kau sayangi dan kau jaga.🖤🖤🖤
Setelah diantar oleh Rian, Alana pun masuk kedalam rumahnya yang serasa seperti Neraka.
"Assalamualaikum," Salam Alana
"Waalaikumsalam." Hanya Bi Sari yang menjawab salam Alana. Yang kebetulan Bi Sari sedang menghantarkan minuman kepada majikannya.
Setelah itu Alana pun berlalu dari ruang keluarga, dia mendengar perkataan pahit mamanya. Karena suaranya itu terdengar sangat keras, dan tentunya mamanya sengaja.
"Liat tuh, anak gak tau diri udah pulang. Pulang pergi seenaknya, gak tau diuntung banget ya." Sindir mamanya. Alana sudah cukup mendengarkan perkataan menyakitkan dari mamanya, dan ia pun langsung mempercepat langkahnya ke kamar.
Setelah sampai dilantai atas dia berpapasan dengan Elina. Dan lagi lagi ia dicela dengan kembarannya sendiri.
"Ehh, udah pulang ya. Kenapa masih pulang sih? Pergi aja lo. Anak gak tau diuntung, nyusahin!" Ucap Elisa
"Sampai kapan lo bakal nutupin kesalahan yang lo perbuat dan lo malah nyalahin gue. Gue capek El, lo buat hidup gue hancur. Apa perlu gue yang ngungkap segalanya?" Ucap Alana dan sukses membuat Elina takut.
"Apa yang bakal lo lakuin hah! Mana ada orang yang bakal percaya dengan lo. Bahkan pacar lo sendiri, lebih percaya denga omongan gue kan? Gak udah belagu deh lo!" Bentak Elina.
"Liat aja, suatu saat semua bakal terungkap. Dan lo bakal menyesal." Ucap Alana penuh penekanan.
"Heh anak gak tau diri! Berani ya lo sama gue." Ujar Elina sambil menarik kerah baju Alana kuat.
"E-elina, lepasin gue susah nafas." Ucap Alana dengan nafas tersengal.
"Itu pantes buat lo yang udah berani ngancem gue." Elina semakin mengeratkan cengkramannya pada kerah baju Alana. Dan kemudian dia pun menjambak rambut Alana dengan kuat.
"Aw, sa-sakit El, hiks lepasin. Sakit hiks." Rintih Alana, bukannya melepas, Elina malah memperkuat jambakannya di rambut Alana.
Alana menangis, jambakan itu sangat sakit, dan membuat kepalanya menjadi pusing. Setelah puas menyiksa Alana. Elisa pun akhirnya melepas jambakannya dari kepala Alana.
"Mampus lo, rasain! Awas aja kalau lo berani macem macem sama gue." Bentak Elina sambil berlalu dari hadapan Alana, dengan muka tanpa rasa bersalahnya.
Dengan tertatih dan menangis, Alana pun masuk ke kamar dan pergi ke kamar mandi, dia menangis sejadi jadinya, dibawa tetesan air yang berasal dari shower kamarnya.
Hening. Hanya terdengar suara air jatuh, Alana merenungi nasibnya yang begitu malang.
"Kenapa sih, kenapa harus gue? Gue gak kuat. Sakit, hiks." Alana menangis, namun air matanya tersamarkan dengan air shower yang jatuh mengenai pipinya.
"Malang banget ya nasib gue, gue pengen nyerah. Tapi semua percuma, nantinya pasti gak ada kebahagian yang gue dapet setelah penderitaan ini. Gue gak kuat!" Teriak Alana dibawah tetesan air.Tak lama kemudian, air yang sudah mengenai tubuh rapuh Alana berubah menjadi merah. Darah segar mengalir dari hidung Alana dan bercampur dengan Tetesan air.
"Ah, gue mimisan." Alana pun mematikan air dan mulai membersihkan hidungnya dari darah. Setelah selesai, Alana keluar kamar mandi. Dia bersiap siap menjemput mimpinya di Alam bawah sadar. Kepalanya sampai sekarang juga masih pusing. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidur.
Namun, sebelum tidur dia mengecek ponselnya yang dari tadi tak berhenti berbunyi. Dan setelah dia cek, ternyata yang dari tadi ribut adalah grub yang berjudul "Alan Buto Ijo" Alana terkekeh membaca judul grub itu. Grub yang berisikan 3 makhluk ciptaan tuhan, yaitu Alana, Alin, dan Alan.
Sepertinya di grub itu Alan ternistakan, lihat saja dari judul grubnya. Sangat aneh.
Alana membaca obrolan di grub itu, sesekali dia terkekeh. Sebab Alin hanya habis habisan mengejek dan menistakan Alan. Dan Alan hanya berpura pura ngambek dan mengancam jika dia tidak mau lagi disuruh suruh untuk membelikan pembalut dan perlengkapan Alin lainnya.
Alana berfikir sungguh harmonisnya hidup mereka. Alana hanya tersenyum pahit jika membayangkan hubungannya dengan kembarannya, Elina. Dia hanya bisa berandai andai, kapan dia bisa seperti Alan dan Alin.
Tak lama kemudian, ponsel Alana berdering. Dan layar ponselnya menampakkan panggilan grub. Alana pun menggeser tombol hijau. Dan terdengarlah suara melengkin Alin
"Hai Alanaa, gue kangen banget sama lo." Ucap Alin sambil berteriak. Dan hanya dibalas kekehan oleh Alana.
"Lebay lo." Cibir Alan. Yang dari tadi sudah resah dengan kembarannya yang teramat bobrok ini.
"Sirik lo!" Sewot Alin. "Eh Alana, tau gak sih si Alan itu bla bla bla bla." Mereka bertiga pun bertelfon ria dan membahas yang menurut Alana, tidak penting. Namun cukup membuatnya merasa sedikit bahagia dan tersenyum.
Ia sangat senang memiliki teman seperti Alan dan Alin. Alana berharap agar mereka tidam meninggalkan Alana seperti, keluarga dan pacarnya. Hanya itu harapan Alana.
Setelah selesai berceloteh ria, mereka bertiga pun mengakhiri. Telfonan kali ini, Alana sangat berterima kasih kepada mereka. Karena sudah sedikit menghibur Alana dan sedikit menghilangkan beban dan penderitaannya hari ini.
Sakit dikepala Alana juga perlahan sudah mulai menghilang, dan dia pun bersiap siap untuk tidur. Namun, lagi lagi ada yang menelfonnya. Dan niatnya untuk tidur pun terpaksa tertunda, sebab mengangkat telfon terlebih dahulu.
"Hallo, ada apa dokter Halim?" Tanya Alana
"Mengapa sebulan ini kamu tidak cuci darah Alana?" Ujar dokter Halim
"Saya rasa itu semua percu-" Ucapan Alana yang belum selesai, namun sudah dipotong.
"Saya rasa itu percuma Dok, karena ujung ujungnya saya bakalan mati." Ucap dokter Halim menirukan gaya bicara Alana. "Pasti kamu mau bilang itu kan Alana? Sudah hapal saya," Ucap dokter Halim.
"Hehehe, iya bener Dok," Ujar Alana merasa tak enak.
"Come on Alana, semua yang bernyawa pasti akan mati, dan cuci darah bisa menghilangkan sedikit beban kamu." Bujuk dokter Halim.
"Tapi cuci darah sakit Dok! Dan tidak ada yang mengharapkam saya tetap hidup di dunia ini"
"Saya, saya sangat berharap kamu tetap hidup dan sembuh dari penyakit kamu. Namun saya hanya perantara Alana, yang menyembuhkan kamu tetap Tuhan. Semua yang terjadi atas kehendak Tuhan. Saya tau kamu pasti tau akan itu." Ujar dokter Halim
"Saya tau, dan terima kasih dokter. Besok saya akan pergi kerumah sakit dan cuci darah."
"Bagus, ini baru Alana yang saya kenal. Tidak seperti tadi," Ucap dokter Halim sambil terkekeh. "Jam 11 kamu bisa Alana?" Tanya dokter Halim
"Nggak bisa Dok, saya kan harus sekolah."
"Oh iya, saya lupa. Kalau begitu setelah kamu pulang sekolah saja. Ingat ya jangan sampai lupa, atau pun membatalkannya. Saya tunggu loh,"
"Siap Dokter! Hehehe." Kekeh Alana.
"Kalau begitu ya sudah, selamat malam," Tutup dokter Halim dan memutuskan panggilan.
"Fyuh," Alana menghembuskan nafas lega, setidaknya perkataan dokter Halim tadi. Sangat menguatkan dirinya untuk tetap bertahan.
Dan akhirnya Alana bisa pergi menjemput mimpi dialam Bawah sadarnya.
🖤🖤🖤
Tak meminta lebih, gue hanya minta vote dan comment dari kaliann..
Tbc
Past lives

KAMU SEDANG MEMBACA
Argalana
Fiksi RemajaApa yang kalian pikirkan tentang gadis yang berusia 16 tahun, menikmati masa SMA? atau bersenang senang untuk menemukan jati diri? hahaha. Itu semua tidak berlaku untuk gadis cantik nan malang Alana Chessa Bagaskara, untuk menyebutkan nama akhirnya...