Dua minggu kemudian...
"Kamu yakin Al, ikut kita kembali ke Jerman?"
"Kenapa aku harus gak yakin Lin?"
"Urusan kamu belum selesai disini."
Alana tersenyum miris, "Urusan aku? Tapi bukannya Dave udah dibolehin pulang kan sama dokter."
"Bukan urusan yang itu, lo tau apa maksud gue."
"Urusan itu semua udah selesai Lin, gue udah maafin mereka," Ujar Alana sambil menghela nafas.
"Tapi lo gak harus memutus tali kekeluargaan lo Al."
"Tapi cuman dengan cara itu, supaya gue bisa melupakan masalah ini," Ujar Alana.
"Lo gak kasihan sama Arga? Lo gak liat perjuangan dia gimana Al. Dia rela nungguin didepan rumah, sambil hujan hujanan," Jelas Alin.
"Kok lo jadi gini sih Lin?"
"Lo jangan menghindar dari perasaan lo Al, gue tau lo masih ada perasaan sama Arga..."
"... Karna dia cinta pertama lo."
Alana terdiam mendengar perkataan Alin.
"Tolong Terima kenyataan, kalau Arga juga korban dari Elina, orangtua lo juga korbannya Elina Al..."
"... Tolong jangan bohongin perasaan lo."
"Gue gak suka sama dia."
"Kalau lo gak suka, jadi apa arti tiap menit lo ngeliatin dia diluar saat dia nungguin lo didepan..."
"... Apa arti tatapan khawatir lo itu Al?"
Alana lagi lagi terdiam, sambil memikirkan perkataan Alin.
"Gue cuman mau lo sadar Al. Lo ngebiarin mereka untuk hidup dalam rasa bersalah, padahal mereka sendiri itu korban."
"Tapi saat gue jadi korban, gak ada satupun orang yang peduliin gue Lin."
Alin mengerutkan dahinya, "Jadi lo gak pernah nganggep gue ada Al? Lo gak pernah ngeliat ke arah gue sama Alan, yang selalu peduliin lo?" Tanya Alin.
"Maksud gue b–bukan gitu Lin, tapi sebelum lo datang. Gak ada satu orang pun yang peduli."
"Karena hidup ini gak semuanya tentang lo Al!"
"Alin lo kenapa sih?! Akhir akhir ini lo posisiin gue seolah olah gue yang salah," Ujar Alana bingung.
"Kebenaran dan perasaan orang sekitar yang buat gue gini Al. Gue ngeliat ketulusan dari mata orangtua lo dan Arga, bahkan Elina juga udah nyesal."
"Jadi gue harus apa Lin! Apa yang harus gue lakuin, supaya orang sekitar gue gak ngerasa sakit?" Tanya Alana dengan mata berkaca kaca.
"Memaafkan dan buka lembaran baru bersama mereka."
"Bukannya kemarin lo nyuruh gue untuk buka lembaran baru diJerman?"
"Tapi ini kok lo malah nyuruh gue untuk mengulang halaman lama Lin? Ini bukan buka lembaran baru, tapi mengulang kembali kepedihan."
"Bukan mengulang kepedihan Al, sekarang semuanya udah berubah. Kebenaran udah terbongkar, kini tinggal waktunya memaafkan."
Alana menundukkan kepalanya, memijat pelipis nya pelan.
"Tapi buku tentang mereka udah selesai Lin, ceritanya udah tamat," Ucap Alana.
"Lo belum sepenuhnya menyelesaikan cerita itu Al, ceritanya belum berakhir. Bukan seperti itu endingnya," Ujar Alin sambil mengusap bahu Alana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Argalana
Fiksi RemajaApa yang kalian pikirkan tentang gadis yang berusia 16 tahun, menikmati masa SMA? atau bersenang senang untuk menemukan jati diri? hahaha. Itu semua tidak berlaku untuk gadis cantik nan malang Alana Chessa Bagaskara, untuk menyebutkan nama akhirnya...