SORRY LAMAAA. KANGEN GAAAKK
•••
Ruangan rapat yang berada di lantai 10 secara perlahan mulai sepi. Orang-orang yang tadinya menghadiri sebuah rapat di sana kini sudah berjalan keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju tujuan masing-masing. Salah duanya adalah Jeffrey dan Sania.
Saat ini kedua orang itu tengah berjalan keluar dari ruangan rapat dengan posisi Jeffrey yang berjalan di depan dan Sania yang berjalan di belakang pria itu.
Ketika sudah berdiri di depan lift, Sania yang awalnya berniat untuk memencet tombol yang terletak di samping lift seketika berhenti, ketika melihat Jeffrey sudah memencet salah satu tombol yang ada di sana.
Yang membuat Sania bingung adalah, saat pintu lift di depan mereka sudah terbuka, Jeffrey yang biasanya ingin buru-buru kembali ke ruangannya malah memundurkan langkahnya, hingga kini ia berdiri sejajar dengan sekretarisnya.
"Kok gak masuk, Pak?" tanya Sania.
"Saya mau ke depan, beli kopi."
"Oh ya udah pakai aja liftnya, saya bisa pakai lift biasa."
Kalian pasti masih ingat jika lift menuju ruangan direktur dipisah dengan lift menuju ruangan-ruangan lainnya.
"Cepat masuk, San. Saya kebelet buang air kecil."
"Ya ke toilet lah! Ngapain nungguin saya masuk segala?"
"Banyak nanya," geram Jeffrey seraya mendorong tubuh Sania agar masuk ke dalam lift.
Perempuan itu merengut sebal karena dirinya sedikit terhuyung ke depan akibat dorongan dari atasannya.
"Gak usah didorong juga kali. Ya udah sana ke toilet."
"Kamu naik dulu baru saya ke toilet."
"Napa sih ni orang, aneh," gumam Sania.
"Gak usah mendumal segala. By the way, kamu mau nitip?"
"Bapak mau beli apa tadi?"
"Kopi."
Sania tertawa. "Tumben? Biasanya juga nyuruh saya yang buat."
"Sekali-kali beli kopi di luar. Mau nitip gak?"
"Saya ikut aja deh, boleh?"
"Why not?"
Kemudian perempuan dengan outfit kerjanya yang kecenya itu berjalan keluar dari lift. "Ya udah sana ke toilet."
Bukannya berjalan menuju toilet lantai 10, Jeffrey malah melihat ke kanan, kiri, depan, dan belakangnya. Membuat Sania bingung.
"Katanya kebelet! Ngapain malah celingak-celinguk?"
Jeffrey tertawa kecil kemudian dengan isengnya mengacak poni Sania. Setelah berhasil mengacak-acak poni Sania (Re: hati Sania) dengan santainya pria itu berjalan ke toilet.
Selama di perjalanan menuju tempat pembuangan air besar dan air kecil itu, Jeffrey berjalan layaknya orang gila. Iya, senyum-senyum sendiri.
Namun, senyum tersebut seketika luntur saat mendengar sesuatu yang sangat tidak mengenakkan yang berasal dari dalam toilet.
"Selama rapat tadi gue lihat-lihat lo perhatiin Sania mulu."
Sang lawan bicara tertawa. "Emang, kelihatan banget ya?"
"Iya, bahkan gue tahu ke mana arah pandang mata lo."
"Diem-diem dong lo, awas aja orang lain sampai tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong with My Boss? | Jaehyun
Fiksi PenggemarHidup memang penuh dengan kejutan dan tidak dapat disangka-sangka, jadi tidak usah kaget jika suatu hari nanti kamu dilamar direktur.