26

775 100 29
                                    

HALOOOOO WKWKWKWK

Happy reading!

•••

Rasanya Sania sangat ingin menjewer telinga anak perempuannya saat ini.

Bagaimana tidak? Sovia yang tadinya tertidur pulas di kamarnya tiba-tiba terbangun dan langsung menangis meneriaki nama 'Jeffrey' berkali-kali.

Awalnya Sania masih bisa memaklumi hal tersebut karena mungkin saja Sovia memimpikan om kesayangannya itu, jadi ya wajar saja kalau baru bangun langsung teringat dengan omnya. Ditambah lagi anak itu memang sudah lama tidak bertemu dengan 'Om Jeffrey'-nya.

Namun lama-kelamaan Sania menjadi kesal karena tangisan anak itu semakin lama semakin brutal, plus, kini anak tersebut sudah menendang-nendang barang yang ada di sekitarnya.

Sania menghela napasnya kesal. "Kalau Sovia masih nendang-nendang barang kayak begini, Mama gak akan call Om Jeffrey."

Tidak mempan, anak itu masih menangis dengan brutal.

"Ya udah biarin, toh Mama gak rugi kalau Sovia gak bisa ketemu sama Om Jeffrey."

"MAU OM JEFFLEEEYYY, HUWAAAAAA, OM JEFFLEEYYY."

"Dih, biarin, siapa suruh nendang-nendang barang gitu," gerutu Sania seraya mengembalikan posisi barang yang Sovia tendang ke tempat semula.

Walaupun pada akhirnya percuma sih, soalnya ditendang lagi sama Sovia.

Selanjutnya anak itu masih tetap bersikap agresif. Tetapi untungnya pada menit ke-10 tangisannya mulai mereda dan sudah tidak menendang-nendang barang lagi, hal itu membuat Sania menjadi lebih lega.

"Ma, Sovia mau ketemu sama Om Jeffley ..." pintanya tenang disela-sela sesenggukannya.

"Oke bisa, tapi gak sekarang ya?"

Sovia menunjukkan tanda-tanda akan menangis keras lagi, langsung saja Sania meletakkan satu jarinya di depan mulut anak perempuannya itu.

"Ssstttt, kalau Sovia nangis lagi Mama gak akan ngasih Sovia izin ketemu sama Om Jeffrey, oke?" Sovia mengangguk lemah.

"Kalau sekarang cuma video call aja sama Om Jeffrey gimana? Ketemunya kapan-kapan aja, ya?"

"Mau!"

"Oke, sana lap air mata sama ingusnya dulu, masa mau telponan sama Om Jeffrey mukanya jelek begitu?"

Sovia cengengesan, kemudian berlari kecil masuk ke dalam kamar. Sania menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mengambil ponselnya di atas meja guna mengirimkan pesan ke atasannya.

Ia menghela napasnya terlebih dahulu sebelum membuka ruang obrolan dirinya dengan Jeffrey.

Ini pertama kalinya ia menghubungi Jeffrey di luar jam kantor setelah terjadi perang dingin di antara keduanya, jadi rasanya sedikit gugup.

Pak Jeffrey

Selamat siang, Pak|
Maaf mengganggu waktunya|
Jika tidak keberatan, apakah bisa saya|
menghubungi bapak lewat panggilan video?
Anak saya, Sovia, sangat ingin melihat Bapak|


"Dih, tumben gak online," gumamnya setelah semua pesan terkirim.

"SOVIA UDAH CANTIK," seru Sovia dengan suara cemprengnya sembari memutar-mutarkan tubuhnya bak princess.

"Eh, ganti baju juga?" tanya Sania setelah sadar kini Sovia mengenakan dress, sebelumnya anak itu hanya memakai kaos dan celana panjang.

"Heheh, biar Sovia makin cantik. Mana Om Jeffley nya, Ma?"

What's Wrong with My Boss? | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang