SIAPA YANG KANGEN?
•••
"Bagus, bagus, ayo kerasin lagi nangisnya, Mama mau denger."
"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAA."
"Pinter, ayo kerasin lagi."
Karena dipancing lagi, akhirnya tangisan Sovia semakin mengeras.
Semua ini bermula dari Sovia yang ingin mengajak Sania yang sedang bekerja bermain. Ia kira, mamanya akan menuruti keinginannya itu karena biasanya selalu begitu. Namun ternyata tidak sesuai ekspektasinya, Sania justru menyuruh anaknya itu untuk diam.
Karena Sovia anaknya pundungan, akhirnya ia langsung menangis dan berakhir seperti sekarang.
"Ada apa sih ribut-ribut? Sovia kenapa nangis?" tanya Mama Karin sedikit khawatir.
"Mama nakal, Nerin ..." balas Sovia pelan.
"Kamu tuh yang nakal, bukan Mama," sahut Sania ketus.
"WAAAAAAAAAAAA."
Mama Karin menutup matanya erat-erat kala teriakan melengking cucunya terasa menusuk indera pendengarannya.
"Udah-udah, udahan nangis sama teriak-teriaknya. Sovia mau apa?"
"Mau main masak-masakan ...."
"Oke, sama Nerin mau? Mama kan masih kerja."
Sovia mengangguk pelan. "Mau."
"Ya udah sana ambil mainan masak-masakannya, Nerin tunggu di ruang tamu."
Sovia menarik ingusnya yang sebentar lagi akan keluar, lalu dengan semangat menjawab, "Okei!"
Selagi sang cucu mengambil mainannya di kamar, Mama Karin berusaha untuk mengajak Sania mengobrol.
"Tumben marahin Sovia sampai segitunya? Ada apa?"
"Gak ada apa-apa, anaknya aja yang ngeselin."
Mama Karin mendecak. "Alesan. Jeffrey apa kabar?"
Sania diam, tangannya pun automatis berhenti mengetik.
Lantas Mama Karin membulatkan bibirnya. "Oohh, I see. Cepet-cepet deh baikan, kasihan Sovia yang kena imbasnya."
"Gak akan baikan selamanya," balas Sania ketus.
"Dih nih anak," geram Mama Karin seraya menarik telinga kiri anak perempuannya itu.
"Akh! Sakit, Ma!"
"NERIIIIN."
Teriakan melengking Sovia terdengar, membuat Mama Karin buru-buru berdiri, bersiap-siap berjalan cepat menuju ruang tamu.
"Iya, Sayang, sebentar!"
Namun sebelum pergi ia mengelus-elus surai putrinya terlebih dahulu, seraya berkata, "Kamu utang cerita sama Mama."
***
Setelah menceritakan semua masalah yang menimpa dirinya akhir-akhir ini kepada Mama Karin, Sania berakhir tertidur di pelukan sang mama. Dengan tangan Mama Karin yang masih setia mengelus-elus punggung sang putri.
Wanita paruh baya itu benar-benar tidak menyangka dengan semua hal yang diceritakan oleh Sania. Karena ia pikir, Jeffrey akan serius dengan anak satu-satunya itu.
"Tapi kok kayaknya ada yang janggal ya ...." Mama Karin bermonolog.
"Hah ... apapun itu, semoga aja masalah kamu sama Jeffrey cepat selesai ya. Walaupun Mama yakin gak bakalan bisa secepat itu," ujarnya seraya menatap lamat-lamat wajah Sania.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong with My Boss? | Jaehyun
Fiksi PenggemarHidup memang penuh dengan kejutan dan tidak dapat disangka-sangka, jadi tidak usah kaget jika suatu hari nanti kamu dilamar direktur.