"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi.
"Gue mau lo jadi pacar gue."
detik pertama...
detik ke dua...
detik ke tiga...
"Lo gila...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bye, makasih banget ya tadi udah bantuin aku, pokoknya ngga tau lagi kalau ngga ada kamu deh, intinya makasih banget." Salsabila, gadis itu sedang berpamitan pada pria didepannya.
Raefal tersenyum "iya sama-sama, santai aja, gue duluan ya." Pamitnya lalu berbelok ke kiri, menuju ke arah rumahnya yang berbeda arah dengan gadis itu.
Dalam perjalanannya, Raefal mendengarkan lagu-lagu yang membuat dirinya sedikit lebih santai, sembari menggunakan earphone, sampai kakinya berhenti mengambil langkah saat netra matanya menangkap sekumpulan orang yang memang akhir-akhir ini sering ia lihat.
Raefal menatap sekumpulan pria yang tidak jauh dari hadapannya, sembari melepaskan earphone di telinga, dirinya sendiri juga tidak tau mengapa dan apa alasannya berhenti, intinya ia hanya mengikuti gerakan refleks nya.
"Haii ka Raefal ketemu lagi dengan saya di segmen bolu, bongkar dulu yuuu~" Jafran, pria tinggi tapi otak bayi itu menyapa sambil menampilkan senyumnya yang di buat se profesional mungkin.
"Akhh!" Detik setelahnya Jafran memegangi kepalanya yang berdenyut akibat tabokan maut dari Jarvis.
"Udah, lo diam dulu yaa soalnya sekarang kita ngga ngadain ajang lomba kegoblokan." Carel menepuk pundak teman sekelasnya yang memang otak nya seperti rucika, gobloknya mengalir sampai jauh.
Jaidan, pria bermata seperti anjing, maksudnya eye smile itu hanya sesekali terkekeh dan hanya bisa memasang ekspresi ( ◜‿◝ ) akibat kelakuan ke-tiga temannya, sedangkan Hardyan, pria itu sibuk mengepulkan asap rokok ke udara sambil terus memperhatikan pria sedikit pendek yang berada tidak jauh darinya yang juga sedang melihat kearahnya.
"Lo Raefal anak kelas XII IPA satu kan?" Akhirnya Hardyan membuka mulut mengeluarkan suara.
Raefal menaikkan alisnya bingung, sudah merupakan kebiasaannya jika diajak bicara.
"Gue?" tanyanya sambil menunjuk diri sendiri.
"Iyalah, ngga mungkin gue tanyain teman gue."
'Benar juga sih' batin Raefal detik itu.
"Iya."
"Gue mau ngomong." Hardyan sedikit kesal karena tanggapan Raefal sangat singkat, dan terdengar tidak minat.
"Soal apa? Kayaknya kita ngga pernah punya hal yang perlu di omongin tuh."
"Ck, emang sebelum ini ngga ada tapi sekarang gue mau ngomong sesuatu." Kesal Hardyan.
"Yaudah ngomong aja langsung, gue mau pulang." Raefal bertanya-tanya kenapa pria yang tidak pernah muncul dalam hidupnya itu tiba-tiba mengajak nya berbicara? Apapun itu perasaannya mengatakan hal yang buruk.
"Gue tantangin lo buat kalahin gue di balap motor nanti, lo bisa naik motor kan?" Tanya Hardyan memperdekat jarak keduanya.
Raefal terbatuk dan mengibaskan tangan untuk menghalau asap rokok masuk ke rongga pernapasan nya, ia paling benci dengan asap nikotin itu.