>•<
***
Sejak kejadian itu kehidupan Raefal sudah kembali seperti biasa, aman tentram tanpa gangguan dari Hardyan dan teman-temannya.
Namun satu yang berubah, sudah tiga hari sejak ia merasakan sakit yang sangat menusuk dikepala, dan sudah tiga malam juga ia sering bermimpi aneh.
Mimpi yang benar-benar aneh, mimpi yang membuatnya terbangun dengan keringat dingin disetiap malamnya, namun sialnya saat ia terbangun deretan mimpi itu seketika menjadi buram, tapi dapat ia pastikan mimpinya ini sangat mirip dengan suasana waktu dia dan Hardyan bersentuhan itu.
Sekali lagi ia bertanya-tanya apa itu mate? Apa hubungannya dengan Hardyan dan deretan mimpinya??
Sebenarnya kehidupannya tidak bisa dikatakan kembali seperti biasa, buktinya Hardyan sudah meninggalkan jejak yang membuat ia tidak bisa lupa pada pria itu.
Hari ini Raefal pergi kesekolah menggunakan bus seperti biasanya, bus berjalan membelah jalanan kota hingga ia berhenti di persinggahan selanjutnya untuk mengambil penumpang, saat itulah sosok yang ia kenal muncul dan berjalan ke arahnya dengan senyuman yang tidak pernah luntur.
"Aku duduk di sini ya ref?" Ujarnya yang hanya di angguki oleh pria berkulit pucat itu.
Orang-orang memang sering memanggilnya dengan sebutan 'ref' plesetan Raefal menjadi fal, karena menurut orang kata 'raefal' terlalu panjang untuk di jadikan nama panggilan.
"Ref aku mau cerita sesuatu tau." Ucap gadis itu lagi dengan antusias.
Raefal merasakan jika sekarang ia dalam situasi yang tidak baik, ia ingin ketenangan sambil menikmati pemandangan kota, tapi sepertinya teman kelas di sampingnya tidak paham dengan situasinya sekarang ini.
"Nanti aja ya sal gue lagi ngga mau di ganggu." Raefal berujar, sadar dengan pemilihan katanya yang mungkin sedikit kasar, tapi mau bagaimana lagi? Mulutnya refleks.
Salsabila, teman kelasnya itu hanya meringis tidak enak lalu meminta maaf pada Raefal, setelah itu ia kembali tersenyum senang, entah apa yang sedang terjadi pada teman kelasnya itu Raefal tidak tahu dan tidak tertarik juga untuk mengetahuinya.
Sesampainya di sekolah, pria bertubuh mungil itu langsung duduk di tempatnya, tepatnya di samping jendela.
Disana dia merenungi mimpinya dan menyusun puzzle-puzzle yang masih abu-abu, lamunannya terhenti saat gurunya masuk kedalam kelas.
"Raefal sama Salsabila boleh tolong ibu ambilkan buku kalian di perpus ngga ya? Ibu kelupaan." Suara wanita paruh baya itu terdengar membuat Raefal mau tidak mau menurutinya, sudah menjadi rutinitas.
Sesampainya dua orang itu di perpustakaan, mereka langsung menuju salah satu meja yang di atasnya ada tumpukan-tumpukan buku tulis yang sepertinya buku anak kelas XII IPA satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Teen Fiction"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi. "Gue mau lo jadi pacar gue." detik pertama... detik ke dua... detik ke tiga... "Lo gila...