Sekarang ini pria dengan kulit putih pucat sedang berbaring di atas kasur kesayangan nya mengabaikan omelan berlebihan dari sang mama. Di dalam hati tidak hentinya Raefal merutuki orang yang memberi tahukan kedua orangtuanya tentang masalah ini, ini mah bukan nya menyelesaikan permasalahan tapi memperpanjang masalah.
"Aduhh sayang kok kamu bisa sih nyentuh cabai, kan udah mama bilang hati hati kalo pilih makanan. Udah tau punya pantangan masih aja teledor." Wanita paruh baya yang duduk di samping tubuh pria yang tengah berbaring dari tadi sibuk berceloteh ini itu, sifat berlebihan nya akan muncul jika menyangkut dengan anak kesayangannya.
"Abil mah ngga dengerin mama, paaa anak mu lohh." Wanita paruh baya itu mengadu ke suami saat tidak mendapatkan respon apa-apa dari sang anak.
"Adek... Adek dengerin mama ngga?" Suara pria paruh baya itu menyapa indra pendengaran Raefal.
"Iyaa paa, Abil denger kok ini." Raefal mengerucutkan bibirnya kesal, mama nya memang seperti itu jika merasa kalah pasti meminta bantuan pada papa nya, jika seperti ini kan otomatis dia yang akan kalah, intinya rivalnya di keluarga adalah mama nya sendiri.
"Iya kamu dengerin aja tapi ngga di lakuin kalau ada mama bilang, kan mama sering ingetin Abil buat teliti soal makanan tapi kenapa kamu tetap nyentuh cabai? nah liat Abil sekarang? Kalau gini siapa yang repot coba." Wanita itu berujar lagi dengan segala omelan nya.
"Yaa udah sih maa Abil kan ngga sengaja, kan udah kejadian juga emangnya kalau mama omelin aku bakal langsung sembuh?" Jawab Raefal dengan bodoamat dia malas mendengar omelan sang mama yang durasinya bahkan bisa sampai berjam-jam.
"Paaa anak mu lohh dia ngga peduliin mama lagi." Lagi-lagi wanita paruh baya itu mengadu ke suami yang sedang duduk santai sambil membaca sebuah koran.
"Adek..."
Raefal mencebikkan bibirnya kesal apalagi melihat sang mama yang sudah memasang ekspresi kemenangannya.
"Ishh mama mah gitu... Udah papa dukung aja mama jangan ada dukung aku." Raefal berujar lalu setelahnya ia menutup seluruh badan nya menggunakan selimut, benar-benar tertutup dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Pria yang melihat perdebatan sang ibu dan anak menggelengkan kepalanya, sudah menjadi kebiasaan dirinya menyaksikan kegiatan kekanakan namun juga sangat imut tersebut.
"Ohh iya nama teman kamu yang tadi siapa dek?"
Raefal menyembul kan kepalanya keluar dari selimut, hanya kepalanya lah yang terlihat. Ia menoleh ke arah mama nya yang sedang memandangi nya antusias.
"Dia bukan teman Abil lah maaa." Bantah Raefal kan memang Hardyan itu bukan temannya dan Raefal juga tidak ingin menjadi teman dari pria berkulit tan itu dan tidak akan pernah ingin.
"Ishh kamu ngga boleh gitu, lagian mama ngga papa kok kalau Abil punya teman malahan mama seneng akhirnya kehidupan Abil ngga tentang belajar terus sekali kali jalan-jalan sama temen biar ngga jadi nolep kamu tuh."
"Dihh dari mana coba mama tau kata-kata gaul gitu?"
"Yaa tau lah mama kan anak gaul ngga kayak kamu sama papa, kalian itu jadul hidupnya ngebosenin."
Raefal merotasikan bola matanya malas, mama nya memang tidak tau balas budi padahal baru saja ia merengek-rengek dengan sang suami tapi sekarang ia sudah menjelek-jelekkan nya lagi. Tapi beruntung lah papa nya sangat bucin dengan sang mama.
"Kapan-kapan ajak temen kamu ke rumah ya, mama belum sempat kenalan terus mama juga lupa bilang terimakasih dengan benar karena terlalu khawatir tadi sama kamu." Wanita itu berujar membuat Raefal mengutuk dirinya yang mau saja di hantar dengan Hardyan jika seperti ini bagaimana ia bisa menjauh coba?

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Teen Fiction"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi. "Gue mau lo jadi pacar gue." detik pertama... detik ke dua... detik ke tiga... "Lo gila...