warn:
•2k+ word
•harsh words, maybe?
Apa yang kalian harapkan dari sepasang manusi- ohh atau mungkin lebih tepatnya sepasang pria yang habis melakukan hal itu? Mungkin kata orang-orang kebanyakan... Bercinta?
Marilah, aku akan mengajak kalian melihat sepasang anak adam yang di satukan oleh takdir konyol, yang bahkan mungkin semesta saja menentangnya namun masih sengaja disatukan (?) Bukankah tidak adil bagi kedua insan itu menerima untuk hukuman seberat ini? Bukankah tidak adil bagi mereka untuk menanggung sakit dari dosa orang lain? Karena sungguh, hal yang paling berat adalah...
Dibiarkan jatuh cinta namun tidak dibiarkan cinta itu kekal bersama.
Hardyan, pria berkulit tan itu menjadi orang yang lebih dulu membuka mata.
Gerakan nya berhenti saat tersadar akan seseorang yang berada dalam dekapannya,
Hening...
Detik per detik terus berjalan seiring dengan sepasang matanya yang sibuk memandang pemandangan indah di depannya dalam diam, lalu setelahnya... Takut.
Takut jika ini hanya mimpi yang terlalu indah baginya, karena sumpah demi apapun ia tidak pernah berfikir seindah ini, bahkan halusinasinya saja tidak berani memikirkan skenario sesempurna ini. Jadi wajar saja ia takut jika ini hanya mimpi, takut jika detik itu juga pria dalam dekapannya lenyap seketika.
Memikirkan kemungkinan kemungkinan tersebut, secara refleks Hardyan mengeratkan pelukannya, tidak takut Raefal terbangun karena sepertinya pria itu tipe orang yang jika sudah tidur maka akan sulit untuk dibangunkan.
Hardyan tersenyum, entah kapan kali terakhir ia merasa sebahagia ini. Mungkin saat ia di sambut dengan gembira oleh sang mama sehabis pulang sekolah? Menanyakan nya apa saja kejadian kejadian yang terjadi, Hardyan merindukan momen itu sepertinya.
Salah satu tangan yang tadinya bertengger di lekukan pinggang pria yang tertidur ia bawa naik pada wajah pria itu, merapikan anak rambut yang menutupi sebagian karya indah tuhan untuk nya,
"Fuck, ko bisa ya ada orang seindah lo fal"
Gumam Hardyan dengan suara berat nya.
Hardyan memandangi seluruh bagian wajah yang terlelap didepannya, tidak melewati seinci pun, baginya ia harus merekam segala momen momen ini di dalam otak.
Catat, hari ini...
Hardyan Akhtar Wijaya telah jatuh lebih dalam lagi pada Raefal Abil Aksar.
Tidak lama, pria yang lebih kecil menggosok kedua matanya menggunakan pergelangan tangannya sendiri, sepertinya tidurnya terusik. Dengan perlahan ia menyesuaikan cahaya yang masuk menyapa kornea matanya, hingga pada akhirnya matanya terbuka sempurna.
"Pagii" suara serak khas bangun tidur Hardyan menjadi melodi pertama yang menyapa indera pendengaran Raefal.
Raefal membalas tatapan pria di depannya, sedangkan otaknya berusaha memutar kembali memori yang sepertinya sedikit terlupakan oleh otak kecilnya, hingga.... Kilasan demi kilasan berteriak dalam kepalanya.
Semburat merah otomatis naik menyerang permukaan wajahnya, dengan cepat ia berbalik memunggungi Hardyan. Jangan tanyakan perasaannya, semburat merah itu datang karena rasa malu? Marah? Entahlah sekarang ia benar-benar kacau, mau menyalahkan pria dibelakangnya pun tidak bisa, ia bisa mengingat bahwa ia lah yang semalam memancing bencana ini, yaa walaupun karena efek obat tapi tetap saja ia salah karena tidak dapat mengontrol diri, intinya Raefal ingin menghilang sekarang juga, baru kali ini Raefal ingin menangis karena sangking malu dan emosinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Novela Juvenil"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi. "Gue mau lo jadi pacar gue." detik pertama... detik ke dua... detik ke tiga... "Lo gila...