"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi.
"Gue mau lo jadi pacar gue."
detik pertama...
detik ke dua...
detik ke tiga...
"Lo gila...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
>•<
Tamparan keras menjadi sambutan pertama yang di dapatkan oleh seorang pria, seorang pria yang baru saja menapaki kaki nya di ruangan yang sangat mewah dengan nuansa emasnya.
Pria itu memegang pipinya yang panas bahkan sedikit darah sudah keluar dari ujung bibirnya. Pria itu mengeluarkan smirik meremehkan, dengan santainya ia mengelap jejak darah di ujung bibir seolah itu adalah sisa saus yang tidak sengaja menempel.
Hardyan, pria berkulit tan itu mengarahkan pandangannya pada pria paruh baya di depannya yang terlihat sedang menahan amarah.
Sudah jadi kebiasaan ia menjadi tempat luapan amarah pria tua di depannya, yang sialnya darah orang tua itu ada mengalir di dalam diri nya.
"Ingat rumah juga kamu!" Bentak pria paruh baya itu emosi.
"Dari mana saja kamu semalaman penuh? Balapan lagi?!!" Lanjut nya lagi saat hanya mendapatkan jelingan mata dari sang anak.
"Emangnya lo peduli kalau gue pulang atau ngga?" Hardyan menaikkan sebelah alisnya seakan menantang.
Hardyan hanya bisa menampilkan smirik kala melihat orang tuanya seakan ingin meledak saat itu juga.
"Kurang ajar kamu Hardyan!" Rehan sudah tidak lagi, suaranya menggema di dalam rumah mewah tersebut.
"Cih kurang ajar?? Emangnya lo pernah ajar gue. Ohh iya lo ngga suka sama sifat gue kan? Jangan lupa kalau gue ini lo versi dulu nya." Setelah mengatakan hal itu Hardyan segera berlalu meninggalkan Rehan yang sudah kepalang emosi.
"Pokoknya papa ngga mau tauu sebagai hukuman kamu harus ikut makan malam sama rekan papa, sudah berapa kali kamu tolak tapi malam ini kamu harus ikut!"
"Hardyan nurut sama papa!" Rehan kembali membentak kala anak satu-satunya tidak menanggapi perkataan nya.
Hardyan menghentikan langkahnya, namun tidak berbalik. Wajahnya yang tadi memasang wajah meremehkan dan angkuhnya berubah menjadi datar sedatar daftar nya.
"Papa gue udah lama mati." Ucapan Hardyan begitu dingin sehingga Rehan yang bahkan memiliki temperamen buruk langsung memilih untuk bungkam dan membiarkan anaknya naik ke lantai atas tepatnya nya menuju kamar pria berkulit tan itu.
***
"Gue sebenarnya bingung deh sama lo, kan lo itu di jodohin ree, tapi kenapa coba lo ngga publikasi aja biar semua orang tau kalau Hardyan itu punya lo."
Gadis dengan nama Teresia itu merotasikan bola matanya malas.
"Yaelah Lily cantik... Gue itu mau nya Hardyan dekat sama gue yahh karena emang suka, kalau contohnya gue kalaim dia sebagai orang yang di jodohin sama gue... Emang sih mungkin ngga ada yang berani deketin tapi kan percuma kalau gue aja yang kek bangga banget tapi dia bodo amat, yang ada gue keliatan tolol ngga sih? Lagian gue emang suka sama Hardyan tapi kalau mau dapatin dia sampai rela pake cara apapun... ngga dehh soalnya dia bukan Chanyeol oppa!!!" Tere menjelaskan di akhiri dengan pekikan antusias saat menyebut nama bias nya.
Gadis yang bertanya tadi mengangguk angguk paham. Lily tidak menyangka ternyata sahabat nya masih memiliki akal sehat.
"Iya kann, gue sebenarnya suka juga sih sama Raefal. Pas gue tau orang nya gue langsung suka apalagi pas tau sifatnya yang cuek cuek ganteng... Behhh langsung dehh ngayal jadi pacarnya, soalnya yang cuek begitu bakal bucin banget ngga sih sama pacarnya!! Tapi yaa itu malas ngejar-ngejar soalnya dia bukan Baekhyun."
Tere dan Lily berhadapan lalu melemparkan senyuman satu sama lainnya.
"Dan intinya..." Tere menggantung kalimatnya.
"Mereka bukan chanbaek." Ucap keduanya secara bersamaan lalu setelahnya meledaklah tawa kedua gadis cantik itu. Benar, crush mereka bukanlah chanbaek yang bisa membuat mereka rela melakukan apa saja demi mencari secercah moment dan memecahkan teori-teori perbadutan.
Pikiran kalian itu memang benar, mereka memang fujosi, fujosi yang akan berubah menjadi homophobic saat berada di lingkungan luar. Kata keren nya mereka adalah impostor mungkin? Tidak ada yang mengetahui hal ini selain mereka berdua dan Tuhan. Namun sepertinya kalian juga sudah tau jadi... Mohon di simpan rapat-rapat rahasia dua gadis cantik berkedok fujosi tersebut.
Sekarang Lily sedang berada di kamar sahabatnya, Teresia. Alasan mengapa ia di sini karena sahabatnya itu ingin makan malam dengan orang tua si crush, jadi sangking senang nya ia memanggil sang sahabat untuk membantu nya bersiap-siap.
Tere memang sudah tau jika ia akan di jodohkan dengan Hardyan, bahkan awal mula ia menyukai Hardyan itu dari perjodohan ini. Orang tua nya dan orang tua Hardyan sama-sama pengusaha dan memang saling berteman jadi tidak heran jika hal seperti perjodohan antar anak terjadi, hal tersebut sudah sangat wajar di dunia mereka.
***
Siapapun tolong Hardyan sekarang juga, karena demi apapun dia sangat bosan sekarang. Entah apa fungsi teman-temannya, saat dia menyuruh untuk menjemput karena semua kunci motor di sita orang tuanya tapi bukan nya malah menjemput mereka malah sibuk menertawakan keadaan nya saat ini. Tidak hanya itu yang membuatnya makin emosi, hal yang berhasil menyulut emosi nya juga itu karena panggilan baru yang di berikan oleh keempat teman nya, ANAK PAPA sangat halal untuk di tampol bukan?
Hardyan melirik semua orang yang hadir pada jamuan sialan itu, di sana ada ayah nya? ibu tirinya, dan juga ada kedua orang tua Teresia dan Tere itu sendiri, gadis yang ia kenal karena termasuk ke dalam club gadis-gadis penggemarnya, tidak berniat sombong tapi memang benar.
Keempat orang tua itu asyik membicarakan berbagai hal dari pembicaraan tentang bisnis dan juga hal-hal random seperti kehidupan masa lalu dan lainnya, hingga sampailah pada pmbicaraan inti, apalagi jika bukan tentang perjodohan.
Hardyan sudah tau bahkan hal ini bukan pertama kali baginya, entah sudah berapa keluarga yang ia tolak untuk mengadakan perjamuan berkedok perjodohan. Tapi sepertinya malam ini ia harus menghadiri acara yang sangat ia benci karena ancaman dari orang tua sialan itu, bisa-bisanya dia menyita semua kunci motornya hingga mau kabur saja tidak bisa. Tidak lucu jika dia kabur hanya modal semangat yang ada mungkin ia akan menjadi gembel lampu merah.
"Jadi bagaimana keputusan nya?" Ayah dari Tere berujar santai.
"Jika kedua anak kita sudah hadir di cara ini maka keputusannya sudah pasti jadi." Rehan menjawab mantap mengabaikan jelingan mata dari sang anak.
Hardyan mendengus, ia tidak peduli tentang keputusan malam ini, ia hanya ingin cepat pulang dari sana. Toh jika benar-benar jadi dia hanya perlu memikirkan cara memberontak dan kabur lagi kan? Terlalu simpel pikir nya.
Mungkin Rehan lupa dengan sifat keras kepala anak laki-laki nya, membuatnya menghadiri perjamuan saja tidak dapat membuat anak itu tunduk. Mungkin keputusan malam ini, kedepannya akan membuat ia sakit kepala untuk membuat Hardyan mau menuruti perintahnya.
Semuanya telah sampai di di rumah masing-masing.
Sesuai janji Rehan memberikan kunci motor anaknya, setelah itu tanpa membuang waktu Hardyan langsung pergi ke garasi mengabaikan teriakan sang ayah.
'sudah tau akibatnya tapi tetap di lakukan' Sepertinya kalimat itu sangat tepat untuk Rehan, memiliki anak keras kepala bukan lah keinginannya, tapi sepertinya Tuhan memang ingin menghukum nya melewati anak dari darah dagingnya sendiri.