9K 927 33
                                    

>•<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>•<

>•<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hardyan, pria berkulit tan itu mendengus malas melihat respon teman-temannya di aplikasi burung biru itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hardyan, pria berkulit tan itu mendengus malas melihat respon teman-temannya di aplikasi burung biru itu. Giliran tentang uang mah langsung gercep.

Dengan baju kaos di padukan dengan setelan jaket kulit hitam andalannya sedangkan untuk bawahan ia hanya mengenakan celana training bermerek adi*as dan yang terakhir ia mengenakan sandal jepit biasa sebagai pelengkap outfit nya malam ini.

Dia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, pintu keluar dari ruangan yang sebenarnya tidak bisa ia sebut rumah, istana selingkuhan ayah? Ya sepertinya sebutan itu cocok menggambarkan tempat yang sekarang ia pijaki.

"Kamu mau kemana Hardyan!" Suara bariton itu menggema di ruang tamu bernuansa keemasan.

Hardyan mengehentikan langkahnya namun tidak menatap sang pemilik suara, Hardyan memutar bola matanya malas. Kenapa coba orang tua itu kembali lebih cepat dari acara mesra mesraan dengan si jalangnya. Padahal akhir-akhir ini ia selalu bahagia karena tidak melihat sepasang manusia menyebalkan, siapa lagi jika bukan ayahnya dan si ibu tirinya.

Benci sebenarnya mengakui itu semua, tapi mau di apalagi itu adalah kenyataan yang mau tidak mau terpaksa Hardyan akui bukan? Kenyataan jika ayahnya membunuh ibu kandungnya hanya karena tidak merestui hubungan gelap ayah nya dengan si penggoda.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang