6.8K 703 26
                                    

>•<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>•<

Entah sudah keberapa kali Raefal mengembuskan napasnya kasar, putaran bola mata malas juga ikut serta,  melirik kelima pria didepannya yang sama sekali tidak berpindah ketika ia melakukan pengusiran, mau itu cara kasar atau halus sekalipun. Mungkin harus menggunakan upacara pengusiran setan baru mereka mau pergi??

Beberapa menit yang lalu, Raefal, ia baru saja selesai meledakkan emosi nya pada kelima pria yang duduk di depannya. Berdekatan dengan kelima orang itu sangat berpengaruh buruk dalam hidupnya, yang pertama; ia hampir dihukum karena terlambat, kedua, ia habis di sindir dengan pak Agus selaku guru bahasa Inggrisnya karena sibuk bermain ponsel di kelas dan juga karena bunyi notif dari ponselnya, Raefal memang termasuk ke dalam orang yang tidak pernah men-senyap kan notifikasinya, toh tidak ada yang chat juga, tapi tadi tiba-tiba notif bunyi berturut-turut sehingga mengganggu proses pembelajaran di kelas (karena kejadian group nggak jelas yang di buat Jarvis) dan terakhir, sekarang ia tengah menjadi pusat perhatian di kantin saat ini. Ingat! Semua masalahnya itu terjadi di satu hari saja, ini baru sehari, jika seminggu... Raefal tidak sanggup membayangkannya.

Niatnya tadi, ia ingin makan di kantin saja, malas jika harus melihat Hardyan yang otomatis akan ke kelasnya untuk bertemu sang pacar, tapi ternyata...  Harapannya tidak berjalan lancar sama sekali, karena sekarang Hardyan dan antek-anteknya berada di depannya, duduk manis seperti tidak melakukan dosa sedikit pun, MEREKA BAHKAN MENGIKUTINYA KE MANA SAJA SEPERTI ANAK AYAM!

"Lo semua! Bisa ngga sih hilang dari pandangan gue," ujarnya mengusir, entah sudah keberapa kali.

"Mohon maaf penulusuran yang anda maksud tidak tersedia." Jafran menjawab, setelah itu ia kembali memakan mie ayam yang sudah tinggal setengah mangkuk lagi.

"Kenapa sih fal, alergi lo sama manusia?" Pertanyaan random keluar dari kedua belah bibir pria putih dan sedikit kurus di seberang meja. Jarvis.

"Gue risih," jawab nya jujur, ia benar-benar risih, apalagi hampir seluruh siswa yang berada di sana melemparkan tatapan aneh mereka, seolah ia merasa di telanjangi dengan berbagai tatapan itu, apalagi sekarang telinga nya mulai mendengar bisikan-bisikan tentangnya.

Hardyan yang tadi menunduk memainkan ponselnya langsung melirik Raefal, setelah nya ia melirik pengunjung kantin, dan memang benar, hampir seluruhnya menaruh perhatian kepada meja yang ia tempati dengan Raefal sekarang ini.

"Sekali lagi lo semua noleh ke sini, siap-siap aja bola mata lo gue kasih makan anjing, mulut lo semua juga." Suara Hardyan bergema, setelah itu tidak ada lagi suara, perkataan Hardyan seolah-olah penembak di permainan squid game yang siap menembak mereka kapan pun itu di saat mereka bergerak sedikit saja.

"Benar tu, sebelum bola mata kalian gue jadiin pentolan, mending lo pake tu mata bagus-bagus, jangan buat masalah deh," lanjut Jarvis di tengah keheningan tersebut.

Hanya ada suara dentingan sendok dan mangkuk/piring  yang beradu, mereka semua benar benar tunduk, lelaki dan perempuan, semuanya tidak terkecuali. Sebenarnya ada ada beberapa anak pria yang tidak takut, mereka cuma terlalu pintar untuk tidak menggali lubang kuburan sendiri, mencari masalah dengan Hardyan dan teman-temannya sama saja dengan menjatuhkan diri ke dalam jurang, masih mending jika di keluarkan dari sekolah bergengsi ini dari pada di keluarkan dari dunia manusia? Alias meninggoy? Mereka tidak akan mau kedua itu. Tapi itu sama saja mereka takut bukan? Ah entahlah.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang