7.5K 565 19
                                    

warn:
-2k+ word
-masih tentang harfal jadi ini chapter full senyum pokoknya.

selamat membaca bestiku



Akhirnya kita telah sampai. Sampai pada satu lembaran yang terisi penuh dengan tawa, lembaran yang sangat di nanti setelah melewati lembaran-lembaran awal yang terisi penuh dengan perjuangan, namun setelah semua itu bukankah masih ada lembaran akhir yang menjadi tanda tanya? Lembaran yang belum tertulis... Oh, ataukah memang sudah tertulis hanya saja belum terpublikasikan? Entahlah, pilihannya hanya satu, nikmati lembaran tawa itu, isilah dengan banyak tawa hingga bisa menjadi satu lembaran terindah dari buku yang dipenuhi dengan hujan.

Kini tidak terasa sudah lumayan banyak waktu yang terlewat. Keadaan yang tunduk di kuasai oleh waktu membuat perubahan-perubahan kecil pada sebuah kehidupan. Seperti hubungan dua anak adam yang disatukan oleh garisan takdir, walau canggung masih berada di antara keduanya tapi itu bukanlah hal yang menghalangi mereka untuk menjadi lebih dekat, saat ini mereka berdua sama-sama belajar, belajar untuk membuat dunia yang nyaman untuk satu sama lainnya. Karena jika di dunia penuh norma ini mereka tidak dapat kekal bersama, maka biarkanlah mereka membuat dunianya sendiri, dunia yang dimana tidak ada lagi norma yang dapat menghalangi mereka, hanya ada hak untuk saling memiliki satu sama lainnya.

Angan-angan itu memang terlalu serakah, tapi bolehkah? Tidak apa-apakah jika serakah untuk kali ini? Tabiat manusia memang seperti itu bukan?

Sepertinya cuaca sekarang sangat mendukung kedua anak adam yang berencana untuk menghabiskan waktu bersama. Ini tidak terencanakan, benar-benar tidak terduga, karena entah mengapa semua teman Hardyan sangat sibuk sekali diajak untuk sekedar nongkrong, begitu juga teman dari Raefal yaitu dua gadis yang akhir akhir ini rajin sekali merecoki apartemennya.

"Udah lama?" Raefal berujar setelah menghampiri Hardyan yang disana menunggu dengan si biru kesayangan.

Hardyan menggeleng, seperti sudah menjadi kebiasaan, pria yang lebih tinggi langsung memasangkan helm pada pria yang lebih pendek.

"Nah selesai, yok naik." Lanjut Hardyan.

"Ehh bentar." Raefal bersuara membuat Hardyan mengentikan gerakannya yang hendak bersiap-siap.

"Nunduk dikit."

Hardyan bingung, namun tetap mengikuti ucapan Raefal, hingga wajahnya kini sejajar dengan wajah pria yang lebih pendek didepannya.

"Gini??" Tanyanya tepat di depan wajah Raefal.

Tangan Raefal bergerak kearah dahi Hardyan, merapikan beberapa anak rambut yang mulai memanjang sehingga mengenai mata pria itu.

"Ngga sakit ya kalau rambutnya kena mata gini?" Gumamnya sambil terus menyelipkan anak rambut itu kedalam helm Hardyan.

Hardyan tersenyum, ia kira ada hal penting yang ingin Raefal katakan, benar kan jika Raefal itu tidak terduga? Selama ini ia tidak cuek kok, hanya saja cara menunjukkan rasa sayang nya memang beda. Entah mengapa semakin ia mengenal pria didepannya ini semakin membuat nya jatuh pada pesona pria itu.

Intinya pacarnya memang yang terbaik, termanis, terganteng, tercantik, terlucu sedunia-dunia pokoknya titik.

"Sengaja aja sih biar di perhatiin sama pacar gue." Balas Hardyan tersenyum memandang wajah di depannya.

Raefal memutar bola matanya malas.

"Berhenti melakukan hal yang menjijikkan saudara Hardyan." Ujarnya, sedangkan kenyataannya ia ingin sekali berteriak untuk jangan membuat jantung nya bekerja lebih cepat, karena ternyata pacaran itu secapek ini ya? Capek di serang salting maksudnya.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang