"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi.
"Gue mau lo jadi pacar gue."
detik pertama...
detik ke dua...
detik ke tiga...
"Lo gila...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
warn •6k+ word •18+
Oke jadi seperti yang di atas part ini lumayan panjang, jadi aku sarankan cari tempat yang nyaman. Dan chapter ini juga mengandung kata-kata kasar, kata kotor, dan adegan dewasa, bagi kalian yang mungkin tidak menyukai hal hal tersebut, mohon demi kenyamanan bersama chapter ini silahkan diskip saja karena sekali lagi ini mengandung adegan ninaninu (bxb)
Oke segitu aja, selamat membaca semuanya!
Sudah beberapa hari ini Raefal dekat dengan Tere dan Lily. Entah mengapa bisa ia bisa tahan berteman dengan dua gadis itu yang notabenenya adalah preman sekolah versi perempuannya.
Tapi jika boleh jujur Raefal lebih nyaman dengan mereka berdua yang walaupun senglek, daripada Salsabila yang jelas-jelas anak berkepribadian baik. Apakah memang sebenarnya selama ini ia adalah manusia sejenis Tere dan Lily namun baru terlihat saja karena selama ini ia hanya sibuk dengan buku buku.
Entahlah...
Yang jelas alasan ia mau berteman juga karena kedua orangtuanya yang menyambut baik kedatangan kedua gadis itu, dan menyuruh mereka berdua untuk sering sering mampir ke rumah orangtuanya maupun aprt Raefal sendiri.
Tere dan Lily yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja makin bersikeras untuk membuat Raefal masuk ke dalam circle (?) Mereka. Dan berakhirlah mereka bertiga mulai akrab seperti sekarang.
Disekolah, tidak sedikit yang menyayangkan dirinya yang mau saja ikut serta dengan Tere dan Lily, namun Raefal tidak peduli. Toh ia tidak pernah merasa terganggu sejak berteman dengan dua manusia itu, apalagi ia tidak pernah merasa mereka berdua jahat dan dijahati.
Prinsip Raefal, eh ralat, mungkin prinsip sebagian orang itu...
Jika matanya melihat A namun mata orang lain melihat B maka akan tetap A. Tidak peduli orang lain akan berkata apa selagi ia belum melihat dengan mata kepalanya sendiri maka ia tidak akan percaya.
Yah seperti itulah Raefal.
***
"Fal lo ngga ada cemilan gitu?" Lily merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk milik seorang pria yang sekarang ini sedang duduk di kursi belajarnya.
"Fal lo ngga ngasih kita minum gitu?" Kini giliran Tere yang bertanya.