5.1K 479 2
                                    

warn:
-2k+ word





Sebagai siswa tingkat akhir, mau tidak mau suka tidak suka harus selalu terlihat di lingkungan sekolah demi meminimalisir ketidakhadiran yang dapat mempengaruhi nilai akhir dari tiga tahun bersekolah di SMA ini.

Seperti sekarang ini, pagi pagi sekali dua gadis cantik sudah tiba di sekolah tepatnya di parkiran, terlihat mereka berdua sedang menunggu seseorang yang sekarang ini sedang berbincang dengan pria yang membonceng nya.

"Selamat pagi besti, apakah semalam tidur anda nyenyak?" Setelah yang ditunggu tiba, Tere pun menyapa Raefal yang berjalan mendekat dengan ekspresi wajahnya yang seperti biasa, datar.

"Oh ataukah kemarin hari anda cerah secerah gliter makeup nya Tere?" Lily ikut berujar.

Raefal memutar bola matanya malas, padahal masih pagi tapi kedua manusia itu telah mengekorinya sekarang.

"Lo lagi cosplay jadi Limbat nih ceritanya sampai ngga mau ngomong?" Lily berujar, memaksa pria yang berada di tengah mereka ini untuk berbicara.

"Penting banget ladenin kalian." Balas Raefal malas, langkahnya tidak pernah berhenti, jadi selama dijalan dua gadis di sisi kanan dan kirinya tidak pernah berhenti menanyakan pertanyaan yang tidak penting.

"Lah kemarin ngga kejadian apa apa gitu? Kayak berduaan di kamar buat belajar? Atau apalah itu." Ujar Tere hiperbola.

"Lahh serius ngga kejadian apa-apa? Padahal kita udah capek capek bikin rencana bareng teman-teman jamet Hardyan itu."

Raefal menghentikan langkahnya sedetik setelah ia mendengar kalimat yang diucapkan oleh Lily.

"Jadi kemarin emang rencana kalian semua?"

"Makanya Lyy udah banyak kali kan Raefal nyuruh lo sekolahin mulut lo? Karena apa? Karena mulut lo ngga ada adab Lyy." Sangking gemas nya ingin rasanya Tere menggendong Lily sambil mengelilingi dunia saat ini.

"Hehehe iya Fal, cuaca kemarin bagus, jadi sayang banget kan kalau kalian berdua lewatin?" Lily menampilkan cengiran tanpa dosanya yang di balas dengan tatapan datar sarat akan kekesalan oleh Raefal.

Mereka lanjut berjalan, sedangkan kedua gadis itu masih sangat kepo dengan kegiatan Raefal kemarin.

"Jadi lo beneran ngga lakuin apa kemarin gitu Fal?" Tanya Tere masih kekeuh untuk mencari tau.

"Ada."

"Haaa gimana gimana?"

"Spill lah anjir biar mantap."

Kedua gadis itu terdengar sangat antusias menunggu kalimat selanjutnya yang akan Raefal ucapkan.

"Spill apa sih?"

"Yang lo lakuin kemarin lah bego."

"Yang gue lakuin?"

"Iya Raefal sayang."

"Napas."

"Ha?"

"Maksud lo?"

"Kan kalian tanya apa yang gue lakuin kemarin, ya gue jawab bernapas, kan emang kemarin gue lagi napas."

Hening...

Keantusiasan dua gadis itu hilang seketika setelah mendengar jawaban dari Raefal. Sebenarnya dari awal mereka memang sudah salah dengan mengharapkan jawaban yang waras dari pria itu.

Tere dan Lily memandangi Raefal datar namun dengan rasa kesal yang amat luar biasa, hingga pada detik itu juga mereka berdua memutuskan untuk berhenti bertanya, guna untuk tidak menambah bibit-bibit kekesalan di relung hati yang paling dalam agar nantinya tidak membuat mereka murka seketika dan memilih untuk memakan Raefal saat itu juga.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang