Hallo guys!
Selamat datang dibook pertama aku, book yang bener-bener pertama banget aku buat, dengan modal halu aja karena jujur aku ngga begitu paham sama dunia literasi, jadi jangan berekspektasi kepenulisan nya sempurna yaa.>•<
"Woii Hardyan anaknya bapak Jamal!" teriak pria berkulit putih susu dengan mata sipit.
Pria berkulit tan itu berdecak kesal saat merasa terpanggil, dia ambil rokoknya pada mulut menggunakan jepitan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu setelahnya menoleh ke oknum yang bernama Jaidan.
"Bagi rokok dong rokok gue habis hehehe."
Dengan malas Hardyan melempar sebungkus rokoknya yang masih tersisa beberapa batang pada Jaidan yang dengan sigap menangkap kotak kecil yang berisi batang nikotin itu.
"Lo ngga mau Jar?" tawar Jaidan pada pria yang berparas sangat tampan di sebelahnya, sebut saja dia Jarvis.
"Mohon maap ni yee gue ngga mau ngerusak warna bibir gue, ntar cewe-cewe pada ngga suka lagi, kalo mereka ngga suka terus yang suka gue siapa lagi dong?" Balasnya tak acuh sambil terus memainkan game online pada ponselnya.
"Playboy banget sih lo bang."
"Iya gantengan juga Jafran."
Sahut Jafran menimpali perkataan Carel. Yang berpikir kenapa mereka memanggil Jarvis dengan embel-embel 'bang' karena mereka itu baru kelas XI sedangkan Hardyan, Jaidan, dan Jarvis sudah duduk di kelas XII, dan kenapa bisa mereka masuk ke perkumpulan Hardyan? Ya karena Carel adalah adik sepupunya Jaidan, lalu Carel mengajak Jafran untuk ikut bergabung.
"Hehh anak kecil diaem aja dehh, kalian yang masih pake pempers ngga bakal ngerti kadar kegantengan gue." Balas Jarvis
"Lo emang ganteng sih Jar."
"Nah nyadar juga lo." Jarvis tersenyum bangga mendengar penuturan Jaidan.
"Tapi kalau diliat dari mikroskop." Sedetik kemudian sebuah kaki mendarat tepat pada tulang kering Jaidan, jangan tanya kaki siapa karena sudah pasti kaki Jarvis.
Hardyan yang melihat pergelutan tidak berfaedah itu memutar bola matanya malas, ia jadi berpikir apakah pilihannya untuk bolos jam sejarah itu salah? karena niatnya ingin mencari ketenangan sambil tiduran tapi teman-temannya terus mengoceh, jika dia tau akan begini lebih baik ia tinggal saja dikelas mendengarkan ceramah gurunya yang sudah ber-uban sebagai lagu penghantar tidur nyenyak nya.
***
Disisi lain seorang pria baru saja keluar dari ruangan yang bertuliskan 'lab biologi' lengkap dengan jas putih yang masih melekat sempurna di tubuh nya. Dia berjalan menuju green house untuk mengambil kecambah yang akan ia amati di praktek kali ini.
Saat berjalan menuju green house ia akan melewati kantin, melihat rombongan anak satu angkatannya di sana, ia hanya bisa menggelengkan kepala, miris melihat anak-anak kelas XII IPA 7 yang menyia-nyiakan materi demi membolos di kantin, sudah tidak dapat apa-apa malah menghabiskan uang saja.
Pintar tidak, miskin iya!
Kira-kira seperti itulah suara hati Raefal saat itu.
"Kak Raefal! Bang Hardyan minta nomor kak Raefal nih!" Pria yang masih menggunakan jas lab itu menoleh seraya menyipitkan sedikit matanya.
Tapi setelah melihat oknum yang meneriakinya tadi mendapatkan lemparan tas dari pria berkulit tan di sana, membuat Raefal memutar bola matanya malas, malas meladeni kumpulan biang masalah di sekolahnya yang sekarang sedang menjahilinya, ia memilih untuk kembali fokus ke tempat tujuannya yaitu green house.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Teen Fiction"Ck, cepetan permintaan lo apa!" Raefal mendengus malas, melihat seringai pria tan di depannya membuat keinginan melempar helm ke wajah pria itu makin tinggi. "Gue mau lo jadi pacar gue." detik pertama... detik ke dua... detik ke tiga... "Lo gila...