6.3K 742 44
                                    

>•<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>•<

Siapa bilang ucapan emak selalu benar? Para emak emak-kers juga manusia biasa, yang pastinya juga bisa salah. Seperti sekarang yang dirasakan oleh pria berkulit putih, dengan hati nya yang hampir tidak dapat menggunakan kata sabar lagi.

Bagaimana tidak soalnya gara-gara ia mengikuti perkataan mama nya, ia berakhir di sini.

Sekarang ini mereka terpaksa berhenti di jalanan yang lumayan sepi di karenakan ada beberapa anak so jagoan yang menghadang mereka, salah satunya adalah orang yang memimpin kumpulan motor tersebut. Rambutnya gondrong sebatas bahu, sepertinya anak kuliahan karena terlihat almamater dari salah satu kampus daerah itu yang melekat di tubuhnya, dan yang terakhir, entah itu tusuk gigi atau lidi sisa sate, yang jelas mulutnya di hiasi benda itu.

'dihhh norak banget ni jamet'

Kira-kira seperti itulah suara hati dari pria berkulit putih itu, Raefal.

Sebagai anak 'baik-baik' ia tidak pernah terlambat datang kesekolah, dan sekarang jam masuk sekolah sudah lewat 7 menit yang lalu dan dia masih berada di jalanan.

Raefal melirik seseorang yang membonceng nya, terlihat kerutan di dahi pria berkulit tan itu. Pandangan Raef beralih melihat teman teman Hardyan yang lainnya yang juga memasang ekspresi yang sama.

Melihat itu Raefal menaikkan sebelah alisnya. Ohhh ternyata para rombongan manusia-manusia jamet di depannya kini adalah musuh dari Hardyan dkk?

Tapi mengapa harus sekarang?!!!!

Sepertinya tuhan memang menginginkan nya menderita hari ini.

Alfa (absen kelas) i'm coming.

"wahh rajin banget lo bocil, pagi-pagi udah ke sekolah." Ungkap pria gondrong tersebut.

'pagi apaan! gara-gara lo gue lambat ajg. Yatuhan sabarkan lah diri ini'
Lagi-lagi Raefal membatin. Masih proses menahan diri, masih aman.

"Iya om kita emang rajin sih." Jafran menjawab perkataan pria gondrong tadi dengan tampang tengil nya.

"Wahh kurang ajar lo sama senior!" Salah satu anggota pria gondrong itu bersuara dan ingin maju memukul Jafran, namun terlebih dahulu di tahan oleh ketua nya maybe?

"Ehh rik,lo mau apa sih? Sumpah ni hari gue lagi ngga mood buat ladenin lo." Hardyan berujar malas namun juga kesal di waktu yang sama.

"Duhh santai dong, gue cuman mau nyapa doang salah? Kayaknya udah lumayan lama kita ngga main. Ehh tapi siapa tuh di belakang lo? Cewe baru? Ternyata selera lo cewek tomboy yaa, tapi lumayan manis sihh boleh lah jadi taruhan." Erik, pria itu dengan santai nya mengeluarkan deretan kalimat itu, sambil memandang Raefal dengan tatapan menggoda.

Hardyan mengeraskan rahang di balik helm full face nya, kedua tangannya menggenggam stang motor nya erat.

Baru saja Hardyan ingin turun dari motor tapi kejadian kilat menghentikan kegiatannya. Matanya sedikit membesar tanda terkejut, bagaimana tidak di sana, Erik, musuh geng motor nya  sudah terkapar di atas aspal dengan darah yang mengalir dari hidungnya bersamaan dengan helm yang tak asing, sepertinya hasil lemparan seseorang, dan Hardyan tahu siapa itu.

"Hehh gue tau muka lo jelek, tapi mulut lo jangan ikutan jelek juga dong. Enak aja bilang gue cewek, gue cowok ya bangsat! Dari tadi gue udah nahan sabar karena gara-gara lo gue telat ajg! Emangnya lo bisa tanggung kalau nilai gue hancurr?" Raefal sudah turun dari motor. Benar, oknum yang melempar helm ke arah Erik adalah Raefal. Wajah pria bertubuh cukup mungil itu memerah akibat emosi, apalagi kulitnya yang putih sangat kontras dengan semburat merah di wajahnya.

Baru kali ini Raefal lepas kendali, sebenarnya  Raefal memang anak yang emosian, namun karena ia tidak bergaul dengan orang-orang maka tidak ada hal yang memancing emosi nya. Tapi sekarang Raefal benar-benar kesal. Apa apaan si cowo jamet itu, jelas jelas ia cowo tulen malah di bilang cewek. Cewek dari mana nya coba? Yahh walaupun seringkali teman-teman dari ibu nya  mengatakannya cantik, manis, dan semacamnya, tapi percayalah Raefal benar-benar benci kenyataan itu.

Anggota Erik yang melihat ketua mereka tergeletak dengan hidung yang di aliri darah, refleks mendekat ke arah Erik untuk memeriksa kondisi nya. Saat mengetahui kondisi ketua mereka lumayan parah semua anggota mereka menoleh ke arah Raefal berniat untuk mengintimidasi pria bertubuh mungil itu, namun sepertinya mereka salah, karena malah sebaliknya mereka lah yang menggigil takut saat mendapat kan omelan dari manusia pendek tersebut.

"Apa lo liat-liat gue haa! Lo mau kayak teman lo itu, sini lo semua gue masih punya dua sepatu sama satu tas buat di lempar ke kepala tanpa isi kalian itu atau mau gue lempar ke aset kalian aja!!!!" 

'anjing ngeri'
Begitulah batin orang-orang tersebut, dengan cepat mereka mengangkut ketua mereka dan pergi dari sana secepat mungkin, mereka takut mendapat lemparan di kebanggaan mereka, bisa rusak masa depannya.

Sepertinya tidak hanya orang-orang itu yang terkejut. Buktinya Jaidan, Jarvis, Jafran dan Carel sampai sekarang masih memasang muka cengo mereka. Raefal benar-benar sesuatu.

"Diam seperti cupu..." Jafran bergumam namun masih bisa terdengar, wajahnya masih sama, cengo.

"Bergerak menjadi maung." Sambung Jaidan, mereka berempat saling memandang dan mengangguk-angguk lambat tanda setuju, ekspresi mereka juga masih sama, cengo. Benar-benar keterkejutan yang panjang.

Benar! Dibanding suhu Raefal lebih cocok dengan kata maung.

Hardyan memandang Raefal, bibirnya mengulum senyuman, entah mengapa suka sekali melihat ekspresi marah dari laki-laki mungil di depannya.

Tidak salah kan jika Hardyan menyebutnya mungil? Soalnya tinggi pria di depan nya ini hanya di bawah dagu nya saja.

"Apa lo liat-liat! Cepetan gue udah telat! Kalau gue tau gue naik bus aja sekalian." Raefal melihat ke arah Hardyan, pria berkulit tan itu hanya melihatnya tanpa bergerak sedikit pun. Gilaa ni anak! Ngerti bahasa Indonesia ngga sih.

Hardyan membuka helmnya lalu memasang nya ke kepala pria yang asik mengomel di depannya.

"Lo manis." Hardyan tersenyum, dua kata itu terucap bersamaan dengan bunyi 'klik' hasil dari kunci tali helm di bawah dagu Raefal.

Raefal menatap lurus netra mata pria di depannya, mencoba untuk menantang pria itu, namun justru senyuman manis lah dia dapat, kenapa? KENAPA PERUTNYA JADI ANEH!!

Dengan cepat Raefal memutuskan pandangan nya dan cepat-cepat menaiki motor, ia hanya ingin cepat sampai ke sekolah sekarang dan membasuh wajahnya dengan air agar sadar, benar, sepertinya sekarang butuh sesuatu untuk menyegarkan pemikiran nya.

Lagi-lagi keempat bujang ganteng tercengo melihat motor nina biru yang baru saja melaju.

"Bro? Gue ngga lagi buta kan?" Jaidan bersuara di tengah keheningan.

"Tenang bang, gue juga liat kok." Jawab Carel.

"Katanya... si Raefal manis nder, kayaknya yang buta Hardyan deh, Raefal yang kek maung aja di bilang manis." Jarvis masih melihat ke arah motor ninja biru itu menghilang.

"Ada lagu nya tu bang jar, cinta itu buta dan bisu."

"Tuliiiii!!!!" Dengan kompak mereka bertiga mengoreksi perkataan Jafran, pengen jual aja sumpah!

tbc.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang