Mengacak-acak lemariku, berusaha mencari gaun yang cocok untuk prom night malam ini. Tetapi mencari gaun yang cocok tidak semudah yang kupikirkan. Sedari tadi aku hanya membuat semua gaunku menjadi tumpukan diatas kasurku. Terdengar ketukan pintu.
"Van, kau didalam?" Suara mama terdengar dari luar kamarku. Ah mama! Dia pasti bisa membantuku. Melangkahkan kakiku menuju pintu dan membukanya
"Ma, aku perlu bantuanmu"
"Bantuan apa?" Tanya mama
"Malam ini prom night, aku tidak tahu harus memakai gaun apa yang sesuai denganku." Rengekku.
"Oh, ayo mama bantu." Mama masuk ke dalam kamarku, dia mulai memilih gaun. Tidak membutuhkan waktu lama, mama sudah mendapatkan gaun yang indah. Gaun itu berwarna hitam, panjang tetapi ketat, dan mengekspose seluruh punggungku.
"Ini cocok untukmu." Mama menyerahkan gaun itu padaku. "Apa hanya itu? Perlu bantuan lagi?"
"Um... ya, sepatu." Mama berjalan keluar kamar dan masuk lagi setelah mendapatkan high heels berwarna hitam mengkilap, dengan tali-tali yang berfungsi melilit disepanjang kaki sampai betis, oh ini akan memperindah kakiku.
"Terimakasih ma, oh tujuan awal mama kesini karena apa?"
"Mama hanya ingin memberitahu bahwa makan malam sudah siap."
"Kenapa mama yang memberitahu? Dimana Mrs. Ferald?" Mrs ferald adalah pengurus rumahku.
"Dia sedang mencuci piring, mama tidak mau merepotkannya."
"Well, aku tidak makan dirumah kali ini"
"Okay, mama akan kembali ke bawah." Mama tersenyum dan berjalan keluar kamar lalu menutup pintu. Iphone ku bergetar, telephone masuk. Aku meraih iphone ku dan menjawab panggilan itu.
"Hai Nash." Nash adalah salah satu sahabatku.
"Hai Van, aku ingin mengajakmu menjadi teman dansa nanti, apa kau keberatan?" Oh ya teman dansa, aku belum memikirkan itu.
"Tidak Nash, aku tidak keberatan."
"Oh bagus, nanti aku akan menjemputmu jam delapan." Aku melirik jam, sekarang jam 06.30 PM. Aku tidak memiliki waktu banyak untuk bersiap-siap.
"Baiklah, aku harus segera bersiap-siap, bye Nash." Aku menekan tombol end call. Aku mengambil handukku dan bergegas mandi. Aku mandi dengan cepat. Aku memakai gaunku, gaun ini tanpa bra. Aku tidak terbiasa dengan ini, karena sebenarnya kali ini aku mengubah gayaku. Ketiga sahabatku juga bilang bahwa mereka akan mengubah gaya mereka juga. Aku merias wajahku memakai foundation untuk melakukan contouring, lalu dilapisi bedak, blush on, lalu melakukan smokey eyes di mataku, pensil alis, mascara, dan lipstick merah gelap. Memakai parfume ku yang berbau vanilla, khas diriku. Dan yang terakhir memakai sepatuku, menata tali-talinya hingga melilit di kakiku. Aku melirik ke cerminku yang besar. Damn! It's really not me!
Sekarang jam 07.57 PM, aku tepat waktu. Aku segera mengirim pesan singkat pada Nash.
To: Nash
Aku sudah siap.
Aku berpamitan dengan kedua orang tuaku. Mereka juga bilang aku berbeda. Aku keluar rumah dan mendapati Nash sedang menunggu di depan mobilnya. Dia memakai tuxedo berwarna biru, dan rambutnya klimis. Dia terlihat berbeda walupun hanya melakukan sedikit perubahan.
"Kau terlihat berbeda Van." Ujarnya
"Kau juga." Nash membuka pintu mobil tempat disebelah kursi pengemudi.
"Terimakasih." Aku masuk, Nash menutup pintu mobil. Mengitari mobil dan masuk ke kursi pengemudi. Perlahan dia melajukan mobil menuju tempat prom night.
****
Hai, sorry kalo gak jelas. Ini fanfic pertama gue soalnya hehe. Please comment and vote ya! Don't be a silent readers. Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
FanfictionJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...