Part 10 : Lollipop

5.8K 242 4
                                    

HI, DI CHAPTER INI ADA ADEGAN YANG BEGITUAN KAYA YANG UDAH GUE BILANG SEBELUMNYA. SORRY KALO CERITA INI MAKIN ABSURD OR TIJEL. HOPE YOU ENJOYED!

"Apa itu?"

"Oh, kau akan tahu nanti. Sesuatu yang menyenangkan," matanya membara "dan manis." Dia tersenyum penuh arti. Hmmm... manis, uh?

"Apa seks?" Bisikku, takut terdengar oleh supirnya.

"Oh kau gadis yang cepat mengerti."

"Tapi kau bilang jika kita berbuat itu, semua itu salah." Bisikku lagi

"aku berpikir ulang. kita hanya melakukan seks, tidak ada cinta" bisiknya. Darah menyurut dari wajahku, tenggorokanku tercekat, aku menahan napas. aku tidak terbiasa menerima kenyataan ini. Ini terlalu pahit.

"okay" aku menyetujui dia agar meyakinkannya bahwa aku tidak mencintainya. Aku tidak ingin ambil resiko jika dia tahu bahwa aku mencintainya, mungkin kami akan berjauhan. Aku tidak tahan berjauhan dengannya sekarang.

"good girl" bisiknya dan menggigit daun telingaku pelan. Oh astaga! Dia menunjukkan seringai khas dirinya. Mobil berhenti di depan kedai ice cream

"kau ingin ice cream apa?" Tanya Justin

"kau masih bertanya? Vanilla." ujarku

"oh ya. Di cone atau cup?"

"cone saja"

"Bentley, dua ice cream cone vanilla" oh Bentley. Justin mengeluarkan dua dollar dari dompetnya dan memberikannya pada Bentley. Bentley keluar dari mobil dan memesan ice cream.

"jadi, apa yang kau maksud dengan manis?" tanyaku tidak perlu berbisik sekarang

"kau ingin tahu?"

"ya"

"bagaimana jika aku ingin membuatmu penasaran?"

"aku yakin aku tidak akan suka pada kondisi penasaran"

"lihat nanti" dia menciumku dengan keras, lidahnya menuntut masuk mulutku. Lidah kami beradu. Aku menenggelamkan jari-jariku ke sela-sela rambutnya, meremas-remas pelan. Tangan Justin merambat dari betisku naik ke pahaku. Pintu mobil depan terbuka. Aku dan Justin segera duduk tegak seperti semula. Napas kami masih berpacu. Bentley masuk, beruntung kaca mobilnya hitam, jika dilihat dari luar tidak kelihatan yang di dalam. Bentley memberikan ice creamnya padaku dan Justin. "terimakasih" ujarku bersamaan dengan Justin. Bentley tersenyum

"sama-sama, sekarang kemana tujuan kita?"

"kerumah Van"

"baik" mobil mulai melaju. Aku dan Justin asyik melumat ice cream. Mmm... vanilla vanilla vanilla.

"Van" panggil Justin, aku menoleh. Justin tersenyum geli, ada yang salah? "sepertinya aku harus membersihkan sesuatu" ujarnya. Membersihkan? Justin condong kearahku dan dia menjilati sudut dan atas bibirku. Hmmm... aku menyukai caranya membersihkan mulutku. Dia melanjutkan mencium bibirku dengan keras. Untuk sesaat aku menikmati ciumannya tapi Bentley! Sialan! Aku memukul lengan Justin pelan. Dia masih menciumku. Aku memukul lengan Justin lagi, agak kencang. Dia tampak enggan melepaskan bibirnya dari bibirku, tetapi dia melepaskannya. Aku melirik kearah Bentley. Dia melihat kami lewat kaca, mata birunya bertemu dengan mata hijauku. Dia langsung memandang jalan raya lagi. Mukanya merona. Aku melirik Justin, dia sedang menatapku lalu memutar matanya, kesal karena Bentley menjadi penghalang kami. Aku terkikik.

***

Aku memasukkan baju panjang berwarna ungu bergaris-garis hitam, celana jeans hitam dan pakaian dalamku kedalam tas kecil. Aku menghampiri mama "ma" dia menoleh kepadaku, wajahnya seperti ada masalah. Kekhawatiran.

Does He Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang