Aku membuka mataku dan mengusapnya. Aku di kamar Justin. Aku melirik ke sebelahku, dan tidak ada Justin. Melirik jam, sekarang pukul 8:24 AM. Aku merenggangkan tubuhku dan berdiri. Aku hanya mengenakan kemeja Justin yang kebesaran untukku karena aku tidak membawa pakaian kesini semalam. Aku bergidik mengingat kejadian semalam. Aku menggelengkan kepalaku dan segera melupakannya.
Aku keluar kamar dan mencium bau masakan. Hmmm... Aku lapar. Aku berjalan menuju dapur dan melihat Justin sedang memasak. Tubuhnya membelakangiku sehingga dia tidak menyadari keberadaanku. Aku duduk di bar dan menontonnya. Oh my god, he's so sexy when he's cooking.
Justin berbalik badan dan melompat-lompat terkejut melihatku.
"Jesus, you scared me." Dia tertawa dan menaruh beberapa lapis pancake di 2 piring.
Dia berjalan kearahku dan duduk disampingku. Dia menyiram syrup maple di kedua piring dan menyerahkan satu kearahku.
"I don't know you know how to cook." Ujarku disela-sela kunyahanku.
"It's just pancake, it's easy." Dia memakan pancakenya.
"Biasanya laki-laki tidak bisa memasak sama sekali."
"Maksudmu aku bukan laki-laki?"
"Mungkin." Aku tertawa.
"Lihat sampai kau meneriakkan namaku dikasur." Dia mengedipkan matanya. Aku tertawa dan mencium pipinya lalu kembali melanjutkan makan.
****
Aku sudah dirumahku, sekarang aku sedang memilih baju untuk... Aku tidak tahu untuk apa. Justin mengajakku pergi malam ini jam 7, tetapi dia tidak memberitahuku kemana. Aku mengeluarkan semua baju-bajuku. Aku suka ber-pergian, tetapi aku tidak suka memilih baju.
Knock knock
Ada yang mengetuk pintu kamarku. "Masuk" ujarku.
Pintu terbuka dan Brad masuk. Dia duduk di kasurku yang sudah berserakan dengan baju-bajuku.
"Apa yang kau lakukan dengan semua ini?" Tanyanya.
"Justin mengajakku pergi malam ini, tetapi aku tidak tahu harus memakai baju apa. Bantu aku, tolong." Ujarku.
Brad mulai memilih-milih baju yang ada diatas kasur. Setelah dia memilih, dia memberikannya kepadaku. Dia memilihkanku crop top berwarna biru muda tanpa lengan dan tali yang menggantung di leher, dan jeans berwarna hitam. Hmmm... Good choice.
"Ah thank you, Brad" aku mencium pipinya, tapi aku menyadari bahwa muka Brad pucat. "Oh my, Brad mukamu sangat pucat, kau tidak apa-apa?"
Matanya melebar dan dia menjilat bibirnya. "Y-yeah, I'm okay."
"Are you sure?" Aku khawatir dengannya, bagaimana kalau kondisinya menurun?
"Yeah, I'm pretty sure"
"Kau harus ke dokter"
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Sekarang cepat mandi dan bersiap-siap." Ujarnya. Aku mendesah dan mengangguk. Mengambil handuk dan masuk ke kamarnya mandi.
Selesai mandi, aku memakai baju pilihan Brad tadi. Aku mencatok rambutku agar lebih lurus dan mengikatnya menjadi ekor kuda. Aku memakai eyeliner, mascara, dan lipgloss almond. Yup, ini sudah cukup. Aku mengenakan high heels warna biru muda yang sewarna dengan crop top ku. Aku melirik jam, 6:54 PM. Aku rasa Justin sudah dijalan.
Tin...tin...
Terdengar bunyi klakson diluar. Itu pasti Justin. Aku keluar kamar dan bertemu mama dan papa di ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
FanfictionJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...