Matahari masuk melalui celah-celah jendela, menyilaukan mataku lalu aku membuka mataku. Mengerjapkan mataku berkali-kali menyesuaikan cahaya. Tubuhku sangat hangat. Justin masih tertidur disampingku memelukku erat, napasnya berhembus dileherku. Aku memandangi wajahnya, dia terlihat lebih tampan ketika tidur. Wajahnya terlihat polos saat ini, matanya yang terpejam, mulutnya yang terbuka sedikit, dan rambut yang acak-acakan. Aku menjalankan tanganku ke rambutnya, mengelusnya perlahan. Rambutnya sangat halus.
Yaampun, mengapa aku seperti ini?
Aku teringat kejadian semalam. Dimana aku sudah membebaskan keperawananku. Dan keperawananku diambil oleh Justin Bieber. Aku melepaskan tanganku dari rambutnya. Mengapa aku merasakan hal yang aneh? Aku membebaskan tubuhku daari pelukannya, dan duduk ditepi Kasur. Aku meringis ketika aku merasakan nyeri dibawah. Aku bangkit dan mengambil handuk kimonoku. Aku masuk ke kamar mandi dan membersihkan seluruh tubuhku. Setelah mandi, aku memakai handuk kimonoku dan membungkus rambutku dengan handuk kecil lalu keluar dari kamar mandi dan melihat Justin sudah bangun dengan memakai boxernya, duduk ditepi Kasur dan sedang menelephone seseorang. "Aku tidak peduli... Ya aku tahu!... Sudahlah Taylor lupakan saja... Itu semua sudah berlalu... Lagi pula aku sudah tidak mencintainya lagi... Sangat serius!... Tanyakan saja padanya, Dia pikir aku tidak tahu kalau dia berselingkuh dengan Zedd... Aku tidak peduli... Masa bodoh!" Dia mengakhiri sambungan telephone, dan menoleh kearahku. Matanya sedikit merah, rambutnya acak-acakkan. Dia sedang emosi. Dia menelephone siapa tadi? Taylor? Lelaki? "Kau menelephone siapa?" Tanyaku.
"Bukan siapa-siapa" jawabnya.
"Lalu mengapa kau membentak lelaki itu?"
"Lelaki?" Dia mengerutkan keningnya.
"Tadi aku dengar kau memanggilnya Taylor."
"Dia wanita, dia sahabatnya Selena."
"Maksudmu Taylor Swift? Penyanyi itu?" Dia mengangguk.
"Ada apa dia menelephonemu?"
"Dia bilang Selena sakit hati karena aku, dan Taylor tidak terima."
"Oh yang aku dengar bahwa kau sudah tidak mencintai dia, dia yang kau maksud adalah selena?" Justin mengangguk "bagaimana bisa?"
"Sehari sebelum prom night, aku melihat selena bermesraan dengan Zedd di sebuah restaurant" dia berhenti sebentar kemudian melanjutkan kembali "lalu aku melihat mereka berciuman. Aku mulai kacau, dan emosional. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Sikap Selena juga berubah terhadapku, aku berusaha menahan emosi demi mempertahankan hubungan kami, karena aku masih mencintainya saat itu, sangat. Menurutmu Selena yang tersakiti atau aku yang tersakiti?"
"Menurutku Selena yang menyakitimu, dia jelas-jelas masih memilikimu tetapi berselingkuh dengan Zedd." Jawab ku.
"Tepat sekali. Tapi entah mengapa lama kelamaan rasa itu hilang semenjak..." Dia berhenti.
"Semenjak?" Tanyaku.
"Sudah lupakan saja aku ingin mandi." Dia bangkit dan mengambil handuk, lalu masuk kedalam kamar mandi. Aku mengambil kaos berlengan panjang berwarna belang biru muda dan putih didepannya bertuliskan 'who the fuck r u?' lalu aku mengambil celana jeans putih panjang dan pakaian dalam termasuk tank top berwarna putih. Lalu aku memakainya. Aku megeringkan rambutku dengan hair dryer. Beberapa menit kemudian Justin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di pinggangnya dan rambut yang acak-acakkan. Dia mengambil pakaiannya dan memakainya di dalam kamar mandi. Aku masih sibuk mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku mematikan hair dryer, dan rambutku terlihat acak-acakkan sekarang. Lalu aku menyisir rambutku dan memolesi bibirku dengan lipgloss rasa almond. Aku sudah selesai. Aku membaringkan tubuhku di Kasur dan mengambil iphoneku. Justin keluar kamar mandi dan menuju meja, mulai mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, entah kenapa aku ingin melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
FanfictionJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...