Part 19 : That Shit It Tears Me Up

2.9K 226 4
                                    

Aku tidak bisa menghilangkan pikiran-pikiran yang ada di dalam otakku. Sudah terlalu berantakkan. Brad masih belum pulang, padahal sudah larut malam. Aku ingin membicarakan ini dengannya. Bagaimana dia bisa membohongiku? Maksudku, selama ini dia menutupi hal ini dari ku.

~~~

"P-pasien mu? Apa maksudmu? Maksudmu dia sakit?" Seluruh udara diruangan serasa menguap. Dada ku terasa sesak sehingga tidak bisa bernafas.

"Ya,"

"Dia sakit a-apa?"

"Dia... Dia mengidap penyakit leukimia"

"W-what..." Aku berbisik, air mata memenuhi mataku. "Sejak kapan?"

"Sejak empat tahun yang lalu, tetapi dia menjalani penawaran denganku baru satu tahun belakangan ini. Maaf, anda siapanya?"

"S-saya sahabatnya. Terimakasih atas infonya, dok." Aku menutup sambungan telephone dan air mata menuruni pipiku.

~~~

Percakapan itu terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Yang hanya kulakukan sekarang ini hanyalah duduk di ruang keluarga, menonton TV sambil menangis diam menunggu kedatangan Brad. Orang tuaku masih diluar. Jadi aku tidak perlu bersembunyi di kamar. Apa mama tahu soal ini? Papa? Bahkan Justin?

Aku memeluk kedua kakiku dan menguburkan wajahku di kedua lututku. Aku menangis dengan keras, menjerit tertahan. Aku melarikan tanganku ke rambutku dan mengacak-acaknya. Aku mendengar pintu utama terbuka. Aku mendongak dan melihat kearah asal suara. Brad datang dan menutup pintu. Dia berbalik lagi dan dia terkejut melihatku.

"Oh my... Vanilla, what's going on?!" Dia berlari kearahku. Dia duduk dengan kedua lututnya yang menyentuh lantai. Kedua tangannya menyentuh pundakku tetapi aku menepisnya.

"What's going on, huh?" Aku tertawa sarkastik. "TANYAKAN PADA DIRIMU SENDIRI!" aku menangis lagi. Kepalaku berdentum lagi saat aku berteriak. Aku menutup mataku, berharap sakit dikepalaku bisa reda. Aku membuka mata lagi, Brad terlihat terkejut atas teriakkanku.

"Apa maksudmu?"

"Apa maksudku? APA MAKSUDMU!" aku menyingkirkannya dariku, tetapi dia berusaha memelukku, mendekatiku. "APA MAKSUDMU MENYEMBUNYIKAN INI SEMUA DARIKU?!" Aku masih memberontak.

"M-menyembunyikan apa?"

"I ALREADY KNOW, BRAD. I ALREADY KNOW ABOUT YOUR SICKNESS FOR CRYING OUT LOUD!" Aku memukul-mukul dadanya.

"Vanilla, let me explain-"

"Explain what?! Explain my ass!!"

"VANILLA!" Dia mengguncang bahuku. "Calm your self!"

"Calm-"

"Listen!" Dia nemotong ucapanku dan menatap mataku. "Lihat kau sekarang! Inilah alasannya aku tidak mau memberitahumu. Aku tidak memberitahumu karena aku tidak ingin kau seperti ini. Aku selalu ingin memberitahumu, tetapi aku pikir belum waktunya. Aku takut van, aku takut..."

"Kau bisa memberitahuku kapan saja, Brad. Kalau kau memberitahuku sejak awal, mungkin aku tidak terlalu terkejut seperti ini!"

"Aku terlalu takut-"

"AND I FEEL NOTHING BUT PAIN IN THE ASS!" Kepalaku berdentum lagi, labih sakit. Aku mengerang dan tanganku memegang kepalaku.

"Van, kau kenapa?" Dia memegang kedua sisi kepalaku. Lalu dia menempelkan salah satu punggung tangannya di dahiku ketika kulitnya bersentuhan dengan kulitku. "You're burning!"

"Yeah, tadi siang-"

"Justin Bieber and Vanilla Vanderhill are hanging out with friends in carnaval today. Justin Bieber awalnya menyamar, tetapi salah satu pengunjung Starbucks mendapati Justin Bieber dan Vanilla di Starbucks. Namun, ada yang bilang Vanilla muntah! Dan dia langsung dibawa ke Samantha Hospital. She looks so pale. Oh get well soon, Vanilla." Sebuah tayangan di TV memunculkan liputan itu dengan foto-foto saat aku, Justin dan teman-teman di Starbucks, dan Samantha Hospital tadi siang.

"But wait! Kami juga mendapati Justin dengan Selena Gomez hanging out in Beverly hills, tonight! Dan disalah satu restaurant, Justin menyanyikan lagi 'sorry' dan 'my girl' untuk Selena!" Foto-foto Justin dan Selena berjalan di Beverly hills muncul. Dan ada video berdurasi pendek ketika Justin menyanyikan lagi sorry ke Selena. Gambarnya gelap, jadi kurang jelas. Lalu video lagi ketika Justin menyanyikan lagu my girl. Kali ini seseorang yang memvideokan itu cukup dekat sehingga cukup jelas. Diakhir Justin menyanyikan lagu tersebut yang disambung dengan suara pria lain, Justin memelukku Selena yang sedang duduk. Selena membalas pekukannya dan Justin mencium kepala Selena.
"What do you think, guys? What Vanilla think about this?"

Berarti Justin sekarang, menit ini, detik ini bersama dengan Selena. Lagi, air mata menuruni pipiku dengan lancar. Brad memelukku erat dan mencium pucuk kepalaku. Aku memelukku Brad dan menenggelamkan wajahku di dadanya.

"I love you, brother" aku berbisik, dan terus terisak.

"I love you, sister."

****

Chapter pendek lagi~~~
Gimana nih menurut kalian sama chapter ini? Want more?

Vomment pleaaaaaaaaaassssseeeee. Thank you for reading, but don't be a silent reader.

Does He Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang