Part 11: Meet Jaxon And Jazzy

4.1K 238 1
                                    

Hai... Sorry ya gue lama banget updatenya... Thanks banget yang udah mau nungguin ini. New cover lagi ya hehehe. So, this is chapter 11... Hope ya'll like it ;)

Aku dan Justin memakan sandwich. Melirik ke leher Justin, hickey yang tadi semalam kubuat sudah menghilang. Aku cemberut, padahal aku ingin mengerjainya. Kami habis mandi-dan morning seks di kamar mandi. Aku menyukai posisi berdiri tadi. Aku menggeliat ditempat dudukku saat mengingatnya.

"What is it?" tanya Justin memakan gigitan terakhir sandwichnya.

"What?"

"Apa yang kau pikirkan?" dia menelan kunyahan sandwichnya dan meminum susunya.

"Um... Nothing" aku menyeringai

"Really?"

"Uh... Sebenarnya aku memikirkan seks yang tadi" aku menggigit bibir bawahku. Sudut bibir Justin berkedut, menahan senyumannya. Tetapi tidak berhasil menyembunyikan senyumannya yang indah. Di pipinya ada lesung pipi kecil, bahkan aku baru menyadarinya. Membuat dia semakin manis.

"Dan kenapa kau memikirkan itu?"

"Aku suka posisi itu"

"Oh masih banyak posisi yang menyenangkan, Vanilla"

"Benarkah?" dia mengangguk. "Apa kau memperkenalkanku pada dunia seks?"

"Oh aku suka dengan otakmu yang cepat mengerti itu" aku selesai memakan sandwich ku, dan meminum susuku. "Mau coba seks toys?" aku tersedak mendengarnya.

"Apa? Seks... Toys?" Justin mengagguk "apa itu?"

"Itu semacam alat-alat permainan seks, gunanya untuk memberikan kepuasan lebih" aku merona mendengarnya. Tapi... Aku seperti budak seks nya.

"Apa saja seks toys yang kau punya?"

"Hanya borgol, vibrator, cambuk berkuda"

"Kau pernah menggunakannya?" Justin mengangguk. "Dengan siapa?" dia diam, mukutnya membentuk garis keras.

"Selena."

"Apa kau nasih mencintainya?" Justin mendesah berat dan menggeleng.

"Ayo kita kerumah ayahku" dia verdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku. Aku menyambut tangannya dan berdiri. Dia tidak mau membicarakan Selena. Kami berjalan keluar rumah, aku memakai flatshoesku dan Justin memakai sneakers hitam. Aku memakai baju yang kubawa dan Justin memakai baju ungu dengan celana jeans hitam. "Bentley" panggil Justin, Bentley muncul dia membukakan pintu mobil untukku dan Justin. Aku dan Justin masuk. Bentley menutup pintu dan masuk ke tempat pengemudi. "Kerumah ayahku" ujar Justin, Bentley mengangguk lalu menjalankan mobil menuju rumah ayahnya Justin. Hening. Aku dan Justin diam tak bicara. Aku ingin memulai bicara tetapi Iphone ku bergetar pesan masuk.

From: +1xxxx

Vannyyyyy

09.23 AM

Senyum mengembang diwajahku. Aku tahu ini dari Brad karena hanya yang memanggilku vanny. Aku langsung menyimpan nomornya di contact nomor.

To: Brad

Bradyyyyyy

09.24 AM

From: Brad

Aku kira kau sudah lupa denganku

09.24 AM

To: Brad

Apa kau sudah gila? Aku tidak akan pernah melupakanmu

09.25 AM

From: Brad

Benarkah? Akankah kau meninggalkanku?

09.25 AM

To: Brad

Hell no! Of course no!

09.26 AM

From: Brad

Jika aku yang meninggalkanmu? Dan tak pernah kembali?

09.27 AM

To: Brad

Wht kind of question is that?! No fuckin way! I'll be mad at u if u leave me

09.27 AM

"Ada apa denganmu? Tadi senyum lebar merekah diwajahmu, sekarang berganti dengan raut wajah kesal" ujar Justin. Aku menoleh kearahnya dan menggeleng. Nelihat ke layar Iphoneku lagi, Brad tidak membalas. "Ada yang salah?" aku menggeleng lagi. "Ugh whatever" Justin menggerutu karena aku tidak memberitahunya. Aku mengabaikannya. Apa maksud Brad? Dia sangat aneh. Tapi kenapa perasaanku tidak enak? Aku berdecak cemas. Tanganku memutar-mutar Iphoneku. Lalu aku membuka contact Brad, menelephonenya. "Hi, i'm busy now. Just leave a message" langsung terhubung ke pesan suara. Mengapa dia mematikan ponselnya?

"Brad, stop being so mysterious!" aku meninggalkan pesan suara.

"Who's Brad?" tanya Justin

"My childhood"

"Apa dia yang membuatmu cemas sedari tadi?" aku mengangguk "mengapa?"

"I don't know" aku mengangkat bahu dan menggeleng pelan. "Terakhir dia mengirim pesan" aku menunjukkan pesan terakhir Brad kepada Justin, dia membacanya. "Dan dia tidak membalas pesanku lagi. Bahkan dia mematikan ponselnya"

"Mungkin dia sedang melakukan sesuatu yang sangat sibuk. Jangan negative thingking" Aku hanya mengangguk.

Kami sampai di rumah ayahnya Justin. Justin menggandengku masuk. Dua anak kecil datang langsung memeluk Justin sampai Justin terjatuh. "Boo!" seru kedua anak kecil itu. Yang lelaki dengan membawa mainan robot ditangannya, sedangkan yang perempuan dengan boneka Barbie.

"I miss you guys" Justin memeluk mereka dengan erat.

"Boo, siapa perempuan ini?" tanya anak perempuan itu.

"Oh, ini vanilla. Kalian bisa memanggilnya Van. Van, mereka adikku. Jaxon dan Jazzy"

Hi again, sorry ini pendek banget karena ngetiknya di HP huhu tapi entar gue post next chapter secepatnya deh... Vote or comment ya guys, thanks for reading

Much love xxx

Jen

Does He Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang