Sekitar 35 menit aku dan Justin sudah sampai di rumah yang cukup besar. Seorang lelaki membuka gerbang. Justin memarkirkan mobil di halaman, dan kami berdua turun dari mobil, berjalan kearah pintu rumah. Justin menekan bell. Seorang wanita berambut hitam bercampur warna putih karena uban, berusia sekitar 40 tahun mengenakan seperti seragam -kurasa dia pengurus rumah ini- membukakan pintu dan tersenyum ramah. "Selamat sore Mr. Bieber dan..." dia menatapku, tidak tahu namaku.
"Van." Aku tersenyum kepadanya.
"Selamat sore Van." Sapanya masih tersenyum dengan ramah.
"Selamat sore Mrs. Collins, kami berdua kesini ingin bertemu Ariana. Dia ada, kan?" Tanya Justin.
"Miss Grande sedang menonton TV bersama Mr. Sean, silahkan masuk." Wanita yang dipanggil Justin Mrs. Collins ini mempersilahkan kami berdua masuk. Justin menggandengku dan berjalan menuju suatu ruangan. Kami sampai di ruangan seperti ruang keluarga yang cukup besar. TV datar berukuran besar berada di sudut ruangan, pot bunga berisi bunga matahari berada disamping TV, photo-photo menghiasi dinding-dinding, karpet berwarna coklat bermotif entah apa terpapar di lantai, dan kursi panjang dan empuk berwarna coklat berada di sisi ruangan, disana Ariana dan Big Sean duduk mesra sedang menonton TV. Tangan mereka saling bertautan, Ariana menyenderkan kepalanya di bahu Big Sean. Aku dan Justin menghampiri mereka. Justin berdeham. Ariana dan Sean menoleh.
"Oh hi Justin. Kau Vanilla, kan?" Ujar Ariana tersenyum manis.
"Ya!" Ujarku antusias. Aku menutup mulutku agar tidak berteriak melihat dia, mataku berbinar-binar. "Oh yatuhan dia sungguh cantik." gumamku
"Hi vanilla, oh kau sangat manis, pantas saja Justin memilihmu." Ariana menghampiriku dan kami berpelukan.
"Hi Ari, oh my God..." Aku tidak bisa bersikap biasa, aku dari dulu ingin sekali bertemu dengannya, dan sekarang benar-benar bertemu. Thanks to Justin.
"Kau tampak sangat senang." Ujarnya
"ini tidak mimpi, kan? Seseorang cubit aku." Ujarku. Dan Justin langsung mencubit lenganku "aw!, mengapa kau mencubitku?"
"Aku hanya melakukan apa yang kau bilang tadi." Justin mengangkat bahunya. Aku mengerucutkan bibirku.
"You guys so cute." Ujar Ariana. "Van, aku sangat menyukai mata hijaumu itu. Itu sangat indah! Oh sekarang aku tahu mengapa kau memilih dia, kau kan suka wanita yang memiliki mata yang indah." Ujar Ari kepada Justin.
"Ya aku harus mengakui bahwa Van memiliki mata yang indah." Ujar Justin kepada Ari. Aku tersipu mendengarnya.
"Oh babe, come here." ujar Ariana pada Sean. Sean bergabung. "Sean, ini Vanilla, kekasihnya Justin." Ariana memperkenalkanku pada Sean.
"Hi Vanilla." Sean tersenyum ramah menyodorkan tangannya. kami berjabat tangan sekilas.
"Hi Sean. oh, aku suka lagu kalian berdua yang best mistake, it's so great and sweet." Pujiku. Mereka berdua tersenyum.
"Oh terimakasih." Ujar Ariana, Sean mengangguk.
"Apa kalian lapar?" Tanya Sean.
"Ya, sangat." Ujar Justin, aku menoleh padanya dan mengerutkan kening padanya bukankah tadi dia sudah makan bersamaku?
"Astaga Justin, perutmu seperti karung." Ujarku.
"Aku hanya makan sedikit tadi."
"Ayo kita makan bersama." Sean merangkul Ariana dan berjalan menuju ruang makan. Aku dan Justin mengikuti mereka berdua
****
"Bye!" Seru Ariana diambang pintu bersama Sean yang melingkarkan salah satu tangannya di pinggang Ariana. Ariana melambaikan tangannya kepadaku dan Justin yang berada di dalam mobil. "Oh Vanilla, lain kali bisakah kita pergi bersama?" Tanya Ariana setengah berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
FanfictionJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...