Apa kata-kata itu baru saja keluar dari mulutnya? Apa aku tidak salah dengar?
"W-what you say?" Tanyaku
"I love you." Ujarnya, ada keseriusan dalam matanya.
"Did y-you really say that?"
"Yes, I love you"
"I can't believe it." Mungkin ini karena efek aku tidak bangun-bangun?
"I love you, I love you, I love you, I love you, I love you, I love you, I love you..." Dia tetap berbicara seperti itu. It's real.
"Justin stop." Aku tertawa pelan, karena perutku sakit. "I..."
Aku menatap jari-jariku, lalu menatapnya lagi. "I love you too.""I love youuuuuu." Dia tersenyum lebar dan menyanyikan ucapannya. Lalu mencium bibirku. Pertanyaanku selama ini terjawab. Pertanyaanku yang selama ini memenuhi pikiranku. Does he love me? Yes he does! Oh my god, I still can't believe it.
"God, I miss you." Ujarnya.
"Bohong." Aku menjulurkan lidahku.
"Kenapa aku harus bohong?"
"Why you miss me?"
"Because I love you, and I don't want to lose you" dia kembali mencium bibirku. God, aku tidak akan pernah lelah mendengar 'I love you' dari mulutnya.
****
Martha datang dengan sebuah nampan ditangannya, diatas nampan ada teko air dan gelas, dan ada plastik ziplock kecil berisi obat. Dia tersenyum kepadaku. Dia menaruh nampan diatas meja. Menuangkan air dari teko ke gelas dan menyerahkannya kepadaku.
"Tegukan kecil." Ujarnya. Aku mengangguk dan meminum airnya. Astaga, hanya air putih bisa terasa seenak ini. (Dat feeling when you keausan dan minum aer😂😂😂, dah lanjut)
"Ini obatnya, tetapi hanya diminum jika kepalamu sakit." Dia menyerahkan plastik ziplock kecil yang isinya obat berwarna biru.
"Jadi aku tidak harus selalu meminumnya kecuali jika kepalaku sakit?"
"Ya. Dan yang ini harus diminun tiga kali sehari setelah makan, untuk menyembuhkan lukamu." Martha menyerahkan obat yang berwarna kuning. (Asiiiik, kalo obat yang nyembuhin luka dihati ada gak sus? Lol, lanjut.)
"Jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, saya permisi." Martha tersenyum dan berjalan keluar ruangan.
Justin masuk ke ruangan. Dia tadi keluar sebentar. Debelakangnya diikuti oleh mama dan papa. Oh I miss them so much.
"Sweetie." Mama berjalan kearahku.
"Hi, I miss you both." Ujarku. Mama membungkuk dan memelukku dengan hati-hati. Papa berada disamping Justin.
"Hey kiddo, glad you're back to the world." Ujar papa.
Aku tertawa pelan, tetapi berhenti ketika rasa sakit diperutku terasa.
"Kau harus beristirahat." Mama mencium keningku. "Mama dan papa ada hal yang harus dilakukan, bye honey." Mama dan papa keluar ruangan. Yah, setidaknya mereka mengunjungiku.
Ada ketukan dipintu. Bentley masuk dengan tas tenteng ditangannya.
"Selamat datang kembali, Miss Vanderhill." Bentley tersenyum, meletakkan tasnya diatas meja. "Ada lagi yang diperlukan?"
"Tidak, terimakasih Bentley." Jawab Justin. Bentley mengangguk dan keluar ruangan.
Justin mengeluarkan isi tas itu. Kotak plastik berisi bubur, buah apel dan pir, dan puding. Perutku berbunyi ketika melihat makanan. Justin menyerahkan buburnya padaku. Aku mengambilnya dan mulai memakannya.
"Ceritakan padaku, bagaimana kau bisa menemukan aku?" Tanyaku, lalu melanjutkan makan lagi.
"Pagi-pagi, aku ingin kerumahmu untuk memberikan bajumu yang tertinggal dirumahku. Lalu mama mu bilang kau sedang jogging di taman bersama Zoe. Sesampainya aku ditaman, aku hanya melihat Zoe dan secarik kertas di bangku. Piece of bullshit. Lalu aku kerumah scooter untuk melacak keberadaan Selena, dan begitulah aku menemukanmu. Kacau tidak berdaya." Suaranya serak di akhir kalimat.
"Aku masih hidup." Aku menghabiskan buburku. Dan meletakkan tempatnya di atas meja. Meraih apel, menggosoknya di baju biru rumah sakit, lalu aku menggigit apelnya.
"Tapi tetap saja dirimu berada dalam bahaya."
"It doesn't matter, I'm still here." Aku mencium pipinya. "Sekarang, bagaimana dengan Selena?"
"Ditangani dengan pihak yang berwajib tentunya, dengan Khalil Taylor dan juga Vanessa."
"Bukankah mereka akan masuk berita manapun?"
"Yeah, kita juga, sebagai korban, dan mereka pelakunya"
"It's terrible."
"I know, sekarang minum obat." Justin menyerahkan obat yang berwarna kuning dan segelas air. Aku mengambilnya dan meminum nya.
****
"Kami mengkhawatirkan mu!"
"Ya, kau tertidur sangat lama, you must be in heaven."
"It's cool, man. Kau seperti berada di film action atau psychopath, sejenis itu mungkin?"
Lily menepuk tangan Nash dan Matthew. Membuat mereka meringis.
"Guys, I'm okay."
"Yeah, you say it now."
"I miss you guys." Aku mengalihkan pembicaraan, lagipula tidak berbohong.
"We miss you too."
"Bisakah kalian menginap disini? Menemaniku?"
"Tentu saja, Asalkan ada makanan." Ujar Nash
"Guys, Vanilla yang sakit, bukan kalian." Lily mengomel. Kurasa dia sedang mengalami menstruasi.
"Dude, aku tidak mau mati kelaparan disekelilingi oleh hantu di rumah sakit ini." Matthew menyahut.
"Calm, aku punya banyak makanan." Justin masuk keruangan dengan kantung plastik besar berisi makanan dan minuman.
"Yeah, you're the best man!"
****
Dah, segitu dulu ae yak, yang penting apdet, walaupun dikit.
Btw, siapa yang kangen Jerry?I AAAAAAAAAM!!!!!
Mr. Jerry will see you later in next chapter.
Vomment loh yaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
Fiksi PenggemarJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...