Part 8 : Nightmare

5K 268 0
                                    

"Yu...up." Ujarku pelan dengan senyum dan menatap mereka heran.

"Oh my god!"

"What the... Kau Vanilla? Apa Justin denganmu disini?"

"Tidak."

"Vanilla, boleh aku berfoto bersamamu?"

"Tentu." Gadis dengan kuncir ekor kuda ini mengambil iPhone nya dan membuka kamera. Aku dan dia tersenyum. Dia membuka shots. "Boleh sekali lagi?" Tanyanya.

"Okay."

"Tetapi maukah kau mencium pipiku?"

"Okay." Aku mencium pipinya dan dia meng-click tombol shots. "Thank you so much Van, you are my queen." Ujarnya dengan senyum lebar merekah diwajahnya. Queen? I'm her queen?

"Uh... Boleh aku berfoto denganmu juga?" Tanya seorang anak laki-laki berambut blonde dengan mata hijau dan pipi tembam menggemaskan tengah digandeng oleh ibunya.

"Tentu." Aku tersenyum pada mereka.

"Tetapi aku tidak punya handphone ataupun kamera." Ujarnya sedikit memajukan bibirnya. Oh anak ini sungguh menggemaskan. Aku jongkok mensejajarkan anak kecil itu.

"Aku punya." Aku mengambil iPhone ku dan membuka Instagram. membuka tombol yang berada ditengah bawah. "Big smile now." Ujarku pada anak kecil itu. Dia tersenyum lebar dan aku mencium pipinya. *click* aku menulis caption 'just met the cute boy in market' dan aku mempost photo tersebut. "Thank you." Ujar anak kecil itu.

"Any time, siapa namamu?"

"Josh." Jawabnya. "Hey, kau punya mata sama sepertiku." Sambungnya

"Benarkah? Apa warna mata kita?"

"Ummm... Biru?" Jawabnya sedikit ragu. Aku tertawa pelan.

"Tidak Josh, ini warna hijau." Koreksiku sambil menunjuk mataku dan matanya.

"Oh hijau... Aku masih belajar."

"Itu bagus Josh."

"Josh, ayo kita segera pulang, papamu pasti mencari kita di parkiran." Ujar mamanya.

"Okay." Josh memainkan bibirnya.

"Thank you Van." Mamanya tersenyum kepadaku.

"Any time." Aku tersenyum. Mereka berdua menjauh dari pandanganku. Aku menyadari bahwa semakin ramai disini.

"Van, kau kesini dengan siapa?" Tanya seorang gadis.

"Aku bersama ibuku dan-" "Van apakah kau hanya one night stand-nya Justin?" Omonganku terpotong oleh seorang pria usia sekitar 30 tahun. Pertanyaan macam apa itu?!

"What?!" Ujarku dengan nada sedikit meninggi.

"Van, bagaimana dengan Selena?" Ujar yang lain. Oh God, disini semakin gila. Sial! Aku tidak mempunyai nomor Kelvin. Aku mencari kontak Justin dan aku menelephonenya. "Halo?" Justin mengangkat.

"Hi Justin umm..."

"Van, mengapa terdengar ramai? Kau dimana?"

"Aku di market dan..."

"Kelvin bersamamu?" Tanya Justin.

"Van apa kau hamil oleh Justin?" Tanya seseorang dengan kencang.

"Hamil! astaga." Justin tertawa terbahak-bahak.

"Uh..."

"Kau dikerubungi orang-orang, kan?"

"Ya..." Jawab ku ragu-ragu

"Dimana Kelvin? Mengapa kau tidak bersamanya?"

"Aku menyuruhnya ikut dengan mamaku untuk membantunya, tetapi sekarang semakin ramai orang menghampiriku, bisakah kau memberi nomor Kelvin? Atau memberitahunya?" Ujarku sedikit berteriak karena berisik disini. Aku sudah tidak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan konyol mereka.

Does He Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang